Mohon tunggu...
Alexandra Felicia
Alexandra Felicia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan seorang mahasiswa arsitektur yang memiliki hobi di bidang seni khususnya seni rupa dan musik. Selain itu, saya memiliki ketertarikan dalam gaya hidup, buku, dan juga teknologi. Saya merupakan pribadi yang antusias untuk mengetahui dan belajar hal baru dan memiliki motivasi tinggi untuk mengembangkan diri dan sesama.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Multikulturalisme dalam Bhinneka Tunggal Ika sebagai Identitas Indonesia di Era Globalisasi

2 November 2022   10:41 Diperbarui: 2 November 2022   10:53 1296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Alexandra Felicia - 6112201056

Multikulturalisme Indonesia yang Perlahan Hilang Akibat Globalisasi

Geladi hominisasi UNPAR merupakan proses yang memberikan banyak pengetahuan umum khususnya berkaitan dengan multikulturalisme di Indonesia. Dinamika yang ada memberikan banyak refleksi dan juga mendorong munculnya pemikiran mengenai pentingnya multikulturalisme di Indonesia. Multikultularisme menurut KBBI adalah suatu fenomena pada masyarakat atau pribadi yang memiliki ciri-ciri biasa menggunakan kebudayaan dengan jumlah lebih dari satu.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan multikulturalisme. Berdasarkan data dari sensus BPS tahun 2010, terdapat 1340 suku bangsa di Indonesia. Hal ini secara nyata dapat terlihat dari berbagai daerah di Indonesia yang masing-masing memiliki kekhasan mulai dari segi bahasa, pakaian adat, arsitektur, makanan, sampai upacara, dan tradisi lainnya. Tugas prageladi yang diberikan sebelum geladi memberikan berbagai video edukatif mengenai kekayaan di Indonesia khususnya mengenai ketahanan pangan. Salah satu video yang ada menyampaikan mengenai urgensi hilangnya makanan-makanan tradisional karena digantikan oleh masuknya berbagai budaya makanan asing akibat globalisasi. Pada pelaksanaan geladi terdapat berbagai dinamika yang juga mengangkat mengenai kebudayaan dan multikulturalisme melalui kuis. Hasil kuis yang ada menunjukkan bahwa sedikit dari peserta yang benar-benar mengenal berbagai kebudayaan di Indonesia.

Globalisasi merupakan hal yang tidak terhindarkan saat ini. Menurut Giddens, globalisasi merupakan hubungan sosial antara dunia secara intens sehingga setiap negara akan saling mempengaruhi satu sama lain. Globalisasi membuka banyak peluang pertukaran budaya sehingga mendorong masuknya budaya asing di Indonesia. Secara positif, hal ini dapat menambah berbagai pengetahuan akan budaya baru dari luar Indonesia, namun hal ini juga berdampak negatif. Masuknya berbagai budaya asing justru menyebabkan budaya asli dan multikulturalisme di Indonesia perlahan dilupakan. Contohnya adalah bagaimana batik hanya digunakan untuk acara resmi atau formal karena digantikan oleh fashion dari luar seperti Korea Selatan dan negara lainnya. Selain itu, makanan tradisional yang jarang dikenal karena digantikan dengan berbagai makanan dari luar negeri.

Multikulturalisme Sebagai Identitas Bangsa Indonesia


Multikulturalisme sebenarnya sudah ada di Indonesia sejak lama dan terkandung dalam semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu. Semboyan ini pertama kali ditulis di Kitab Kakawin Sutasoma pada 1851 oleh Mpu Tantular. Hal ini menunjukkan bahwa keragaman budaya di Indonesia sudah ada sejak lama.  Keragaman budaya Indonesia memiliki peran yang penting sejak lama terutama dalam menyatukan Indonesia. Franz Magnis-Suseno (2005) mengatakan bahwa Indonesia dapat bersatu jika keanekaragaman yang ada dapat menjadi suatu kenyataan sosial yang dihargai dan dihormati.

Multikulturalisme atau kekayaan budaya di Indonesia menjadi identitas bangsa Indonesia yang perlu dijaga untuk mempertahankan integrasi bangsa di tengah globalisasi. Banyaknya pengaruh budaya asing memunculkan berbagai kemungkinan akan perpecahan dalam multikulturalisme di Indonesia. Sztompka (2004) menyatakan bahwa kekhasan dari budaya lokal akan hilang karena dominasi dari budaya Barat atau yang sering disebut dengan "westernisasi". Maka dari itu, perbedaan yang ada perlu dilihat sebagai hal yang positif sebagai sarana untuk menyatukan Indonesia dalam integrasi nasional. Hal ini didukung dengan pernyataan Mahfud (2005) bahwa terdapat identitas kultural nasional dan lokal yang mutlak bagi terwujudnya integrasi nasional dari bidang sosial, kultural, dan politik. Kebudayaan yang ada merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan sebagai identitas bangsa Indonesia.

Peran Generasi Muda untuk Menjaga Multikulturalisme di Era Globalisasi

Globalisasi secara positif bisa menjadi jalan untuk memperkenalkan multikulturalisme ke luar Indonesia. Peran generasi muda adalah bagaimana kita menjaga multikulturalisme dan kebhinnekaan lalu menjadikan ini sebagai kebanggaan. Multikulturalisme dapat diperkenalkan bahkan dapat menjadi trend melalui media sosial. Beberapa campaign dan trend sudah mulai muncul di media sosial seperti #berkain yaitu menggunakan batik sebagai pakaian sehari-hari. Hal ini merupakan hal positif yang perlu dilanjutkan sehingga dapat menjadi dorongan bagi masyarakat untuk memperkenalkan multikulturalisme Indonesia di dunia sekaligus berperan menjaga kelestarian multikulturalisme itu sendiri.

Setiap orang memiliki kesempatan masing-masing untuk memulai hal ini. Hal-hal konkret dapat dilakukan sesuai hobi atau kegemaran secara sederhana. Contohnya adalah memasak makanan khas Indonesia, melukis atau menggambar kebudayaan di Indonesia, menggabungkan tari tradisional dengan modern dance, sampai membuat bisnis dengan ide mengenai kebudayaan Indonesia. Beberapa hal yang pernah saya lakukan adalah melalui bidang seni yaitu membuat cover dari lagu kebangsaan Indonesia karya Ismail Marzuki yaitu Ibu Pertiwi. Selain itu, saya juga membuat karya seni dalam bentuk clay art berupa salah satu budaya Indonesia yaitu ondel-ondel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun