Menulis merupakan sebuah keterampilan produktif setelah seseorang memanfaatkan ketarampilan reseptifnya melalui mendengarkan dan membaca, selain dapat melalui kegiatan berdiskusi dan tukar gagasan dengan teman atau sahabat. Keterampilan ini tidak muncul sendiri, melainkan melalui frekuensi latihan yang cukup dan berjenjang. Tentu tidak sekali jadi. Butuh waktu, pikiran, dan keseriusan yang cukup baik. Banyak orang yang putus asa, jika mulai menulis sesuatu. Namun, jika ini dilaksanakan secara baik dan teratur dan dilaksanakan berulang-ulang hasilnya akan pasti baik.Â
Ya, sekadar menulis sesuatu. Tujuannya banyak. Menulis untuk keperluan pribadi juga untuk keperluan orang lain. Berdampak sedikit sajapun asal ada sesuatu yang disampaikan. Itu pasti membahagiakan.
Menulis identik dengan tenun kata. Me(tenun) kata. Menenun sarung proses kerjanya sama persis dengan menenun kata atau menulis. Dua-duanya butuh ketelitian, kejelimetan, dan ketabahan. Menenun adalah kiat untuk menserasikan aneka warna benang dalam satu paduan corak atau motif yang enak dipandang mata. Menenun diawali dengan memilih benang. Aneka warna benang disiapkan. Kejelimetan mengurai dan memadukan warna agar membentuk model atau motif tertentu adalah "senyawa" dalam tarikan napas yang sama. Satu aliran darah dengan degupan jantung yang terus memompa semangat mencipta sang penenun. Lahirlah motif dan aneka motif berpadu padan dalam satu mahakarya hasil budaya anak bangsa.
Proses menenun sarung tersebut sama dengan proses menulis. Beralur dalam satu aliran dan tarikan napas yang sama. Menulis dimulai dengan memilih kata. Menentukan tema atau topik tulisan. Memilih kata atau diksi untuk mewakili pesan yang ingin ditulis. Agar pembaca paham dan mengerti tentang apa yang ditulis. Maksud tersebut dielaborasi dalam kalimat-kalimat yang membentuk suatu alinea atau paragraf yang utuh dan maksimal dan terikat dalam napas yang koheren. Pesan-pesan yang dimaksudkan penulis dirangkai terus-menerus dalam paragraf-paragraf lain dengan tetap memperhatikan dan mempertimbangkan keutuhan relasi antara paragraf dimaksud. Apa yang dimaknai sebagai kohesivitas paragraf, sambil keeratan maksud kalimat dirangkai secara koherensif. Jadilah suatu ide atau gagasan tertuang utuh dalam wacana.Â
Demikianlah analogi seadanya ala anak desa tentang hubungan antara menenun sarung merakit tenunan yang utuh dan menulis kata hingga merangkai paragraf. Sederhana. Prosesnya sama. Menulis pun membutuhkan ketelitian dan kejelimetan memilih kata dan memadunya dalam kalimat dan paragraf. (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
