Sewarsa
Sewarsa sudah kita bersama.
Kau datang tanpa permisi, bahkan tidak diterima walaupun hanya sekejap. Namun kau tak peduli karena merasa bernyali.
Kau tetap berkutat di antara kami.
Walaupun kami sudah jengah, namun kau tetap pongah berkuasa merasa gagah.
Bolehlah kau datang, namun jangan kau kuasai semuanya. Kau renggut tanpa ragu dan malu. Kau begitu serakah membungkus semuanya. Kami hanya dapat menatap dengan nanar, bahkan kadang menjadi sayu tak berkutik.
Keindahan namamu, hanyalah kamuflase. Kau simpan cakar beracunmu untuk merenggut kebahagiaan yang sedang kami nikmati.
Sewarsa kita bersama. Kami sudah bosan berkutat dalam penat. Kami rindu bercengkrama bersama kecipak air. Kami rindu bergenggam erat.
Namun, dibalik semua yang teralami, ada isyarat yang tersirat.Â
Waktunya menemukan sesuatu yang hilang. Intensitas kebersamaan dengan orang-orang tersayang.
Saling perhatian dalam keluarga. Lebih menjaga  kebersihan dan kesehatan diri, tidak mudah bersentuhan apalagi bukan mahrom.Â
Walaupun sering pula terjadi perselisihan, dan adu argumen. Walaupun emosi sering memuncak menghadapi pelajaran yang sedang sekolah.Â
Menyalahkan situasi dan kondisi. Namun kembali sadarkan diri.Â
Semua di luar kendali manusia.
Allah. . . Allah. . . Allah, yang menginginkan terjadi.
Ujian untuk yang lalai.Â
Musibah untuk yang lengah.
 Azab untuk yang pongah.
Tanpa terasa, sewarsa kita bersama.