Mohon tunggu...
ALEK SANDER
ALEK SANDER Mohon Tunggu... Mahasiswa

saya adalah mahasiswa untirta suka jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

TNI Mengajar di Sekolah Perbatasan, Tugas Mulia bentuk Pengabdian Membantu Pendidikan di Wilayah Rentan

1 April 2025   14:23 Diperbarui: 1 April 2025   14:23 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti menjelaskan bahwa kehadiran Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai pengajar di sekolah-sekolah perbatasan tidak berhubungan dengan jabatan sipil. Menurut Mu'ti, tugas mengajar yang dijalankan oleh TNI merupakan penugasan tambahan dan bukan perangkapan jabatan. "Kan tidak menduduki jabatan, itu kan penambahan tugas, jadi kalau misalnya begini ada TNI yang kerja bakti kenapa enggak dipersoalkan?" ungkap Mu'ti saat ditemui di Kantor Kemendikdasmen pada Senin (24/3/2025).

Mu'ti menilai, peran TNI sebagai pengajar di sekolah perbatasan justru merupakan sebuah langkah mulia, mengingat kekurangan tenaga pendidik di wilayah tersebut. "Itu tidak perangkapan jabatan, itu penugasan tambahan itu justru sangat mulia," tambahnya. Kehadiran TNI sebagai tenaga pengajar sangat dibutuhkan di daerah perbatasan yang sering kali menghadapi tantangan besar, termasuk kondisi keamanan yang tidak menentu.

Berdasarkan penjelasan Mendikdasmen, tenaga pengajar di wilayah perbatasan sering kali kekurangan, dan oleh karena itu, TNI diperbantukan untuk membantu memberikan layanan pendidikan kepada anak-anak yang tinggal di daerah-daerah dengan kondisi rawan. TNI yang bertugas di sekolah perbatasan sering kali disebut sebagai relawan pendidikan, yang memiliki peran besar dalam menjamin pendidikan tetap berjalan meski di tengah-tengah tantangan besar.

Mu'ti juga menyampaikan bahwa banyak masalah yang dihadapi para guru di daerah perbatasan, salah satunya adalah persoalan keamanan. Sebagai contoh, insiden tragis yang terjadi pada Jumat (28/3/2025), ketika sekelompok guru dan tenaga kesehatan diserang oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan. Serangan tersebut mengakibatkan seorang guru asal Nusa Tenggara Timur (NTT) meninggal dunia, sementara enam lainnya terluka.

Insiden ini menambah kekhawatiran terkait keselamatan tenaga pendidik di daerah rawan, yang sering kali menjadi sasaran serangan kelompok-kelompok yang mengganggu ketertiban. Menanggapi hal ini, Mu'ti menyatakan bahwa para guru di wilayah-wilayah tersebut, termasuk di Papua, sangat membutuhkan perlindungan agar dapat mengajar dengan aman. "Banyak persoalan yang dihadapi oleh para guru, terutama di Papua, menuntut keamanan yang lebih bagi mereka untuk bisa memberikan pendidikan dengan baik," ujar Mu'ti.

Penyertaan TNI sebagai pengajar di wilayah perbatasan menjadi sebuah solusi untuk memastikan pendidikan tetap berjalan meski di tengah ancaman yang ada. Dengan keberadaan TNI, diharapkan anak-anak di daerah-daerah tersebut tetap dapat mengakses pendidikan yang berkualitas meskipun banyak tantangan yang dihadapi. Tugas mulia ini bukan hanya membantu mencerdaskan bangsa, tetapi juga mempererat solidaritas antara TNI dan masyarakat di wilayah perbatasan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun