Mohon tunggu...
Aldo Tona Oscar Septian
Aldo Tona Oscar Septian Mohon Tunggu... Sarjana Hukum dengan predikat Cumlaude

Aldo Tona Oscar Septian Sitinjak merupakan seorang Sarjana Hukum dengan predikat kelulusan "Dengan Pujian (Cumlaude)" dari Universitas Sriwijaya yang mendedikasikan diri untuk melawan seksisme, rasisme, dan fanatisme. Sembari menjalani perkuliahannya dahulu, Aldo Tona Oscar Septian Sitinjak juga aktif mengikuti magang secara paruh waktu (part time) sebagai Staf HRD dan GA di PT Pinang Witmas Sejati selama 3 (tiga) tahun, menulis artikel-artikel di laman Kompasiana sebagai Blogger, berkontribusi mengelola Indonesia Media Law Review (IMRev) Journal sebagai Reviewer Jurnal, serta menjadi Koordinator dari Program Klinik Etik dan Advokasi yang merupakan program pembelajaran teori dan praktik yang diinisiasi oleh Komisi Yudisial Republik Indonesia bersama beberapa perguruan tinggi di Indonesia termasuk Universitas Sriwijaya sebagai bentuk edukasi dan pencegahan Perbuatan Merendahkan Kehormatan dan Keluhuran Martabat Hakim (PMKH). Selain itu, Aldo Tona Oscar Septian Sitinjak juga aktif mengikuti berbagai seminar/webinar, pelatihan, workshop, Focus Group Discussion (FGD), dan penyuluhan/sosialisasi hukum. Saat ini, Aldo Tona Oscar Septian Sitinjak aktif menulis artikel-artikel sebagai Blogger di laman Kompasiana, Republika Online, dan Opinia yang hingga kini telah menghasilkan total 45 artikel. Aldo Tona Oscar Septian Sitinjak memiliki akun Instagram @aldotonaoscar yang menjadi wadah baginya untuk membagikan aktivitas sehari-harinya.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Politik Ritel dalam Kampanye Pemilu

24 November 2024   02:37 Diperbarui: 24 November 2024   02:41 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aldo Tona Oscar Septian Sitinjak, S.H. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Tantangan dan Risiko

Meski politik ritel memiliki banyak keunggulan, ada risiko yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah potensi untuk terjebak dalam pencitraan tanpa substansi.

 Holbrook dalam bukunya berjudul "Do Campaigns Matter?" terbitan tahun 2016, menunjukkan bahwa meskipun kampanye tatap muka dapat efektif dalam menarik perhatian pemilih, pendekatan ini bisa menjadi sekadar ajang pencitraan jika tidak dibarengi dengan gagasan atau program yang jelas.

Politik ritel berpotensi hanya menjadi alat untuk "menjual" popularitas kandidat. Mair dalam bukunya berjudul "Ruling the Void: The Hollowing of Western Democracy" terbitan tahun 2013, berpendapat bahwa semakin banyak kandidat politik yang menggunakan komunikasi personal untuk membangun citra, tetapi sering kali tidak menyampaikan substansi program yang relevan. 

Jika hal ini terjadi, maka politik ritel tidak lebih dari sekadar taktik manipulatif yang mengaburkan substansi visi, misi, dan program kerja yang sebenarnya diperlukan oleh masyarakat.

Kandidat perlu menjaga keseimbangan antara pencitraan dan substansi. Setiap kunjungan ke masyarakat harus digunakan sebagai kesempatan untuk menjelaskan visi, misi, dan program kerja secara rinci, bukan hanya sebagai momen untuk meraih simpati.

Peran Pemilih dan Masyarakat Sipil

Peran pemilih dan masyarakat sipil sangat penting dalam menjaga agar politik ritel berfungsi sesuai dengan tujuan demokrasi. Masyarakat harus menyadari bahwa keterlibatan langsung seorang calon tidak boleh menjadi satu-satunya dasar untuk menentukan pilihan. 

Fenno (1978) menggarisbawahi bahwa pemilih harus mampu membedakan antara hubungan personal yang dibangun kandidat dengan kemampuan kandidat tersebut untuk mewujudkan program-program yang dijanjikan.

Selain itu, masyarakat sipil juga bisa berperan dalam meningkatkan kesadaran politik pemilih. Organisasi-organisasi sipil dapat mengadakan diskusi dan pendidikan politik untuk membantu pemilih memahami visi, misi, dan program yang diajukan oleh kandidat. Dengan demikian, pemilih tidak hanya terpengaruh oleh kedekatan personal, tetapi juga dapat mempertimbangkan kualitas program yang ditawarkan.

Di sisi lain, pemilih perlu terlibat lebih aktif dalam mengawasi pelaksanaan program setelah pemilihan usai. Partisipasi aktif masyarakat dalam memantau implementasi janji politik sangat penting untuk memastikan bahwa pemimpin yang terpilih tidak hanya berkampanye untuk pencitraan, tetapi juga benar-benar mewujudkan visi yang telah mereka janjikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun