Mohon tunggu...
Aldo Aditiya
Aldo Aditiya Mohon Tunggu... -

Orang yang kebetulan suka mencari tahu tentang berbagai macam hal | Mau baca lebih? https://medium.com/@aldoan | Mau bilang sesuatu? https://twitter.com/aditiya_aldo |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jangan Keluarkan Idemu, Dunia akan Menghakiminya

22 Januari 2018   19:16 Diperbarui: 23 Januari 2018   10:05 1789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jawaban dari pertanyaan ini akan kita telusuri mulai dari sebuah kasus simpel, yang strategi penyelesaiannya masih diperdebatkan oleh para peneliti selama 50 tahun.

Prisoner's Dilemma

Shutterstock
Shutterstock
Mungkin kamu pernah mendengar sebuah kasus bernama "Prisoner's Dilemma".

Kasus ini merupakan sebuah contoh yang dianilisis pada bidang game theory, dan menunjukkan interaksi antara 2 orang individu, dan beberapa kasus dimana mereka mungkin saling mengkhianati satu dengan lainnya. Aturan untuk kasus ini dijelaskan di bawah:

Dua orang napi A dan B ditangkap dan dipenjara. Masing-masing napi ditahan di dalam sel yang terpisah, tanpa kemampuan komunikasi satu dengan lainnya. Karena kurangnya bukti, oleh penjaga penjara mereka akan diberikan keringanan 1 tahun di penjara. Tapi, penjaga penjara juga memberikan mereka 2 pilihan. Masing-masing napi diberikan kesempatan untuk: mengkhianati temannya, atau bekerja sama dengan teman napinya dan diam. Mereka diberikan tawaran sebagai berikut:

  • Bila A dan B saling mengkhianati, masing-masing mendapatkan 2 tahun di penjara
  • Bila A mengkhianati B dan B diam, A akan dibebaskan dan B akan diberkan 3 tahun penjara, dan sebaliknya
  • Bila A dan B memilih untuk diam, masing-masing hanya diberikan 1 tahun penjara

Diagram Prisoner's Dilemma. Dokpri
Diagram Prisoner's Dilemma. Dokpri
Seperti terlihat pada gambar di atas, kasus ini memiliki 4 kemungkinan hasil. Di hasil I dan II napi A dan B memiliki nasib yang sama, di mana pada kasus I hasilnya lebih baik untuk keduanya dibandingkan hasil II yang buruk untuk keduanya. Hasil III dan IV kurang lebih sama tapi posisi A dan B ditukar, satu orang mendapatkan hasil yang sangat baik dan satu orang mendapat hasil yang sangat buruk.


Yang akan kita perhatikan sekarang adalah Iterated Prisoner's Dilemma. Iterated prisoner's dilemma pada dasarnya adalah kasus prisoner's dilemma yang dilakukan berkali kali. Dengan lebih banyak iterasi, solusi untuk kasus iteratif lebih bervariasi dibandingkan kasus original. Ini karena dalam game yang iteratif, antar pemain diberikan kesempatan untuk membangun kepercayaan atau ketidakpercayaan satu sama lain. 

Bila pada ronde-ronde sebelumnya pemain lawan lebih sering berkhianat, masuk akal kalau kita menyimpan "dendam" dan memilih berkhianat juga.

Robert Axelrod, seorang ilmuwan politik dari Amerika, melakukan eksperimen pada game iteratif ini untuk melihat strategi apa yang paling efektif dan memberikan hasil yang terbaik untuk pemainnya. Dia mengadakan suatu kompetisi diantara akademisi untuk menyusun strategi yang akan memberikan hasil lebih besar dari strategi lainnya. Dia berhasil mengumpulkan 63 buah strategi. Strategi yang dikumpulkan ini bermacam - macam, dari yang simpel hingga yang kompleks.

Semua strategi tersebut kurang lebih bisa dibagi menjadi 2 macam strategi. Strategi "jahat", yaitu strategi yang lebih cenderung untuk berkhianat, dan strategi "baik", yaitu strategi yang lebih cenderung bekerja sama, tapi bisa retaliasi ketika ada yang berkhianat. Ada lagi satu sub tipe strategi "baik", yaitu strategi "sangat baik", yaitu strategi yang sangat cenderung bekerja sama dengan strategi lain.

Semua strategi tersebut kemudian dimasukkan pada sebuah genetic simulation. Pada setiap generasi (atau iterasi) game, semua strategi diberikan "anak" sejumlah dengan hadiah yang dia dapatkan dari game saat itu (misal untuk I hadiahnya 1, untuk II hadiahnya -1, untuk III hadiahnya 2, dan untuk IV hadiahnya -2). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun