Mohon tunggu...
Aldi Irawan
Aldi Irawan Mohon Tunggu... Petualang

Puisi. Esai. Filosofi. Absurditas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bedebus (Cerpen)

13 Februari 2025   06:09 Diperbarui: 13 Februari 2025   05:12 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gelombang laut yang beriak-riak akhirnya sunyi. Ini saatnya untukku bermimpi.
Tiba-tiba terdengar suara *Bedebus. Aku terbangun meratapi jendela luar dari rumah pohonku yang reyot ini. Ku lihat sebuah piring raksasa mendarat di pesisir pantai.
"Eyyo, sepertinya ada yang jatuh di pesisir, better check it out.", Gumamku.
Dengan berjalan setengah mabuk, Aku menghampiri benda asing itu.
Berkilau dengan cahaya yang mengitarinya, sangat besar bak sebuah piring yang diberi pym particle.

Akhirnya aku sampai di dekat keberadaan piring raksasa. Ku amati tidak ada seorang atau mungkin seekor pilot pun. Setelah ku amati, benda itu nampaknya tidak  begitu. bobrok. Berbeda dengan rumah pohonku yang sudah begitu usang karena kakekku yang kreatif menyatukan pohon-pohon akasia itu dengan permen karet. Aku tahu, begitu jenius bukan? Bahkan sekelas Albert Einstein saja sangat terpukau oleh kecerdasan beliau.
*Saat asyik-asyiknya berimajinasi, mendadak Aku mendengar suara kokang pist*l dari belakang *stut
Tak lama, akupun mulai tak sadarkan diri.

"Hah?! dimana ini?" Aku mulai tersadar seraya melihat jagat gelap yang dipenuhi bintang-bintang dan objek bulat seperti bakso.
"Selamat datang di planet kami" Jawab makhluk asing yang membawaku kesini
"Apa?! Siapa kalian? Kalian alien ya? Apa yang kalian inginkan dariku?"
"Ah, Ya, Perkenalkan kami dari kelompok 69. Alasan membawamu kesini untuk menyelamatkan koloni kami." Jawab makhluk itu
"Menyelamatkan dari apa? dari diktator di negeri kalian ini? dari Thanos? atau mungkin koloni lain yang superior?"
"Tidak begitu tepat. Jawabannya adalah dari kepunahan. Beberapa tahun lalu, seorang pria sepertimu yang tinggal di pesisir menjanjikan kami akan sebuah keturunan setelah kami membantunya membangun rumah pohon. Tetapi, janji manusia itu tak  kunjung tiba. Kami mencarinya, Ia tak kunjung ketemu dan kamu bertanya apa yang akan kami lakukan padamu? Yap, mengingat habisnya stock jantan dalam koloni kami. Apa boleh buat?"
Mendengar pernyataan makhluk asing itu Aku tidak terlalu mengerti, Tapi satu yang pasti mereka mempunyai niat buruk. Mungkin Aku harus lari.
*Aku Berlari ke arah piring raksasa berharap Aku bisa mengendarainya dan pulang ke rumah pohon.
Tetapi, senapan penangkap itu membungkusku seperti Ikan yang terjaring nelayan.
"Tolong! tolong aku penguasa!" Tertangkap, takut dan cemas. Akhirnya, panic attack membuatku tak sadarkan diri. Semenjak itu, Aku tak tahu apa yang mereka lakukan padaku...
(Alarm Handphone berbunyi: "Bangunlah ksatria, bangun sendiri" sangat nyaring di telingaku)
Beruntungnya itu hanya sebuah mimpi. Waktu menunjukkan pukul empat pagi, sang surya sudah mulai mau menghampiri, ini saatnya untuk bersiap menangkap ikan lagi. Sembari membawa alat penangkap ikan, Aku bergegas keluar dari rumah pohonku.
(Bedebus!)
(Seraya melihat ke arah suara) Ah, tidak ada hal lain yang dapat menyejukkan hati selain mendengar suara ombak menghantam batu karang.
(Bedebus!! Bedebus!! Bedebus!! Bedebus!! BedebedebebusbusbusBUSbusbusbedebus!!! BEDEBUS!!)
Tunggu, Ini bukan suara gelombang ombak. Seketika bulu kuduk ku pun berdiri, rasa takut mulai menjarah, suara apa ini?
(Aku melotot ke arah pesisir) Piring raksasa yang tak terhitung jumlahnya itu menancap di atas pasir.

Berakhir.


---
Bedebus adalah onomatope/ kata tiruan suatu bunyi. Bedebus dalam konteks cerita ini ialah kata yang menirukan suara jatuhnya objek langit ke pesisir pantai pun ke air laut, ataupun suara yang menirukan gelombang laut menghantam batu karang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun