Mohon tunggu...
Aldhie Putera Prasetiya
Aldhie Putera Prasetiya Mohon Tunggu... Analis Independen

Seorang analis independen dalam isu strategis sektor energi, sumber daya alam, dan tata kelola kebijakan publik. Berbekal pengalaman lebih dari satu dekade sebagai ASN di bidang intelijen strategis (Intelstrat), ia kini fokus mendorong transformasi kelembagaan dan daya saing entitas lokal melalui kajian, pendampingan, serta narasi kebijakan yang tajam namun konstruktif. Visi utamanya adalah mengabdi secara merdeka untuk bangsa dengan cara yang lebih luas, fleksibel, dan berdampak langsung.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

3S : Budaya Layanan Publik yang Patut Kita Bawa ke Dalam Organisasi

15 Juli 2025   13:43 Diperbarui: 15 Juli 2025   14:17 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada suatu ketika, saya teringat sebuah stiker kecil bertuliskan "3S: Senyum, Sapa, Salam" disertain dengan "emoticon Smile". Stiker tersebut saya lihat tidak hanya di satu tempat, tapi diberbagai tempat seperti SPBU, kantor pelayanan publik, tempat perbelanjaan, dan rumah sakit.

Ternyata konsep 3S ini memang sudah menjadi bagian dari etika pelayanan di ruang publik, terutama bagi petugas garis depan yang langsung berhadapan dengan pelanggan, penumpang, atau warga.

Fungsinya sederhana tapi kuat yaitumengingatkan petugas untuk selalu memberikan sikap terbaik dalam melayani.
Dan bagi pelanggan, 3S ini memberi kesan bahwa mereka diperlakukan dengan hormat dan manusiawi.

Yang menarik, semakin saya renungi, konsep 3S ini sebenarnya sangat relevan diterapkan dalam ruang kantor atau organisasi meskipun kita bukan pelayan publik.

Selama belasan tahun bekerja, saya menemukan bahwa suasana kerja yang sehat dan produktif tidak selalu bergantung pada struktur atau gaji.

Justru dimulai dari kebiasaan interpersonal yang sederhana, seperti menyapa rekan kerja di pagi hari, senyum saat berpapasan di lorong, atau mengucapkan salam saat masuk ruangan.

Bagi saya pribadi, 3S bukan sekadar etika pelayanan eksternal, tapi juga nilai sosial internal. Ketika kita membiasakan menyapa rekan kerja, memberi senyum tulus, atau sekadar menyodorkan salam, kita sedang membangun jembatan kedekatan. Bukan hanya antar individu, tapi antar bagian dalam organisasi.

Bertegur sapa secara rutin menciptakan vibe positif, dan menjaga hubungan personal tetap sehat. Kita jadi lebih saling kenal, lebih mudah berkoordinasi, dan lebih ringan dalam menyelesaikan konflik.

Sedikit pengalaman tidak enak, saya pernah merasakan bekerja di unit yang "dingin". Orang masuk kantor tanpa saling menyapa, keluar ruangan tanpa pamitan.

Pada saat itu, saya merasa produktivitas mandek, miskomunikasi sering terjadi, dan suasana kerja menjadi tidak nyaman.

Sebaliknya, ketika budaya 3S diterapkan, meski tanpa perintah formal, tim menjadi lebih terbuka, fleksibel, dan saling menghargai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun