Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Sang Kotak Kosong

16 Oktober 2020   06:00 Diperbarui: 16 Oktober 2020   06:56 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

"Biasanya yang memperjuangkan kotak kosong adalah para bakal calon yang kecewa karena tidak bisa ikut Pilkada dengan tidak adanya kendaraan politiknya, karena sudah diborong oleh pasangan calon tunggal tersebut. Kedua para anggota masyarakat yang memiliki kesadaran politik yang tinggi yang ingin mematahkan ambisi para calon tunggal yang merasa sudah pasti menang," kata Sang Kakek menjelaskan.

"Mungkinkah kotak kosong menang kek?" tanya Sang Cucu.

"Mungkin saja, tergantung siapa yang kampanye dan memperjuangkan kotak kosong tersebut?" kata Sang Kakek.

"Apakah sudah pernah ada kotak kosong yang menang kek?" tanya Sang Cucu.

"Sudah ada. Pemilihan Walikota Makassar 2018, kotak kosong yang menang. Kotak kosong meraih suara 300.792 suara atau 53,23 persen. Paslon Toppi Cicu mendapat suara 264.245 atau 46,77 persen," kata Sang Kakek.

"Hebat juga kotak kosongnya ya kek. Siapa yang memperjuangkan kemenangan kotak kosong itu?" tanya Sang Cucu.

"Waktu itu sebetulnya ada dua pasangan calon. Satu Paslon Petahana, satu lagi yang baru. Menjelang pilkada, paslon petahana dibatalkan pengadilan dan Mahkamah Agung pencalonannya karena diduga ada tindakan curang. Akhirnya Paslon petahana itu didiskualifikasi. Jadilah calon tunggal. Dan calon tunggal ini adalah paslon yang mendapat dukungan dari Wapres ketika itu. Tapi keok juga," kata Sang Kakek.

"Wah luar biasa juga ya, kotak kosong bisa mengalahkan Paslon yang didukung Wapres ketika itu. Pasti hebat dong yang mengalahkannya," kata Sang Cucu.

"Betul. Walikota petahana pula. Dan ini perlu dipelajari oleh orang atau kelompok yang mendukung kotak kosong. Perlu strategi, taktik dan program yang jitu untuk memenangkan kotak kosong. Kalau tanggung-tanggung, coba pikir ulanglah. Tapi kalau yakin, ayo mainkan. Kalahkan calon tunggal dan kartel politik dari partai politik itu," kata Sang Kakek.

"Betul itu. Pendukung kotak kosong jangan hanya pepesan kosong. Harus lebih berani dan lebih kuat dari Paslon tunggal tersebut," kata Sang Cucu.

Ah, calon tunggal melawan kotak kosong, kartel politik dari partai politik, kenapa negeri ini mendengungkan demokrasi, tetapi terkadang dalam pelaksanaannya memasung demokrasi itu sendiri, gumam Sang Kakek.

Catatan: Tulisan ini juga dinarasikan menjadi Refleksi Sang Kakek di Akun Youtube Sang Kakek Network.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun