Apakah ia merasa bahwa walaupun dua anaknya ikut dalam struktur partai, jika namanya tidak ada lagi, maka dia menganggap dirinya tak lagi diakui oleh Zulhas? Apakah ini yang membuat Hanafi mundur dari partai?
Mungkin pertanyaan ini bisa kita lanjutkan sampai besok pagi tak ada habisnya. Namun mari kita cermati perjalanan partai dan ketokohan Amien dalam politik pasca reformasi.
Setelah tumbang rezim Orde Baru Mei 1998, maka Majelis Amanat Rakyat (MARA) merasa perlu meneruskan cita-cita reformasi dengan mendirikan partai politik baru.
Amien Rais bersama 49 orang mendeklarasikan PAN pada 23 Agustus 1998 dan ia didaulat menjadi ketua umum pertama. Pendirinya antara lain Hatta Rajasa, Goenawan Mohamad, Faisal Basri, dan Alvin Lie.
Pada pemilu 1999, PAN memperoleh suara 7,4 persen dengan 34 Anggota DPR. Walaupun hanya memperoleh suara demikian, PAN berhasil menjadi penggerak utama partai berbasis Islam seperti PKB, PBB, PPP, dan PKS.Â
Mereka membentuk poros tengah yang mendudukkan Gus Dur sebagai Presiden dan Megawati sebagai wakil presiden, walaupun PDIP keluar sebagai pemenang pemilu 1999.Â
Pada Pemilu 2004, PAN memperoleh suara 6,4 persen 53 Anggota DPR. Dalam pilpres, Amien maju berpasangan dengan Siswono Yudo Husodo dan hanya memperoleh suara 14,66 persen di putaran pertama dan kalah.Â
Pada 2009, PAN memperoleh 6 persen dan 43 Anggota DPR. Pada tahun 2014 PAN memperoleh 7,6 persen 48 Anggota DPR. Hatta Rajasa waktu itu ketua umum, maju dalam pilpres dengan paket Prabowo Subianto-Hatta Rajasa tapi kalah. Pada tahun 2019 PAN memperoleh suara 6,8 persen dan 44 Anggota DPR.
Gambaran perolehan suara dan peran para tokoh PAN tersebut di atas bisa kita lihat dan amati secara cermat, bagaimana peran dan ketokohan Amien dalam percaturan politik nasional dengan partai besutannya ini.
Ia memang hanya satu periode menjadi ketua umum. Namun ketua umum berikutnya Soetrisno Bachir, Hatta Rajasa, dan Zulkifli Hasan jilid pertama semua harus melewati restunya untuk bisa menjadi ketua umum.
Pada tahun 2020, jagoan Amien untuk jabatan ketua umum, Mulfachri Harahap, ternyata keok dan takluk dari Zulhas yang tak direstuinya, walaupun dia besannya.