Mohon tunggu...
Mustafa Kamal
Mustafa Kamal Mohon Tunggu... Guru - Seorang akademisi di bidang kimia dan pertanian, penyuka dunia sastra dan seni serta pemerhati masalah sosial

Abdinegara/Apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kutukan Sang Photograper Pengantin

24 Desember 2012   22:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:05 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Jangan jadi photographer Pengantin!" Kata Emak Bujang Uring-uringan. Kayu bakar yang lembab itu sangat susah dibakar api. Berkali-kali Emak meniup api di tungku dengan corong dari bambu tersebut, tapi tetap juga apinya besar. Emak lalu kembali menuangkan minyak tanah. Meniupnya lagi.

"Mak, emang kenapa? Tanya Bujang lagi, tidak peduli emaknya yang kesusahan. " Jang, kau dengarlah cakap emak. Jika kau tetap bersikeras, maka kau akan tetap membujang seumur hidupmu. Sesuai namamu itu! Lihat, mana ada photographer pengantin yang kawin sampai sekarang, si Ahan usianya sudah 40 tahun belum juga kawin, lalu Slamet sudah kepala Lima tidak kawin-kawin juga! Mau kau macam mereka!" Ceramah Emak Panjang lebar.

Bujang galau. Sia-sia sudah dia belajar teknik photograper dengan teman-teman di Kampret (Kompasianer Hobi Jepret). Sia-sia sudah dia melamar kerja pada Studio Photo Cemara, begitu susah ujiannya sampai dia diterima. Mulai dari teknik menungging yang benar ketika membidik objek, duduk yang betul, memegang kamera yang pas, teknik alpa, beta dan sebagainya dia sudah mahir. Lalu tanpa restu Emak mustahil dia akan berhasil dalam perkerjaan photographer pengantin ini. Ah........!

Lalu Bujang pergilah ke seorang Dukun terkenal di kampungnya. Dia ingin menangkal dirinya dari kutuk sialan itu. Cita-citanya untuk jadi photograper pengantin sangat kuat. Segala cara akan dia lakukan untuk itu. Sampailah dia dirumah dukun yang dikenal dengan nama Atok Jenggot.

"Supaya engkau tidak kena kutuk Photograper Pengantin kau harus melakukan banyak hal, Bujang! Apakah kau sanggup? " Tanya Sang dukun. Dibalas Anggukan Bujang.

"Baiklah, pertama-tama adalah nanti setelah jadi photograper akan ada wanita berkerudung cantik yang mengujimu dan  akan menyatakan cinta kepadamu, namun kamu harus menolaknya! Karena jikalau kau teruskan maka akan ada musibah yang berlaku dengan kalian berdua.  Kedua, kau harus memphoto setidak-tidak 100 penganten hingga kau bisa jadi penganten, jadi kau harus kerja keras, dan yang ketiga kau harus memenangkan seseorang yang berinisial MK sewaktu kau menjadi juri sayembara yang diadakan Dukun lain dikampung sebelah,  jika tidak kau menangkan maka  pernikahanmu tidak akan bahagia dan akan berakhir dengan perpisahan!" Penjelasan Atol Jenggot di tengah malam yang sunyi itu. Hanya suara jangkrik dan kodok yang berbunyi. Setelah dimandikan dengan air tujuh sumur akhirnya Bujang pulang dengan plong.

Sesampai dirumah dia katakan kepada emak ritual yang sudah dia lakukan dan menenangkan emaknya. Bahwasanya apa yang ditakutkan emaknya tidak akan terjadi. Emakpun akhirnya luluh juga karena sayangnya kepada si bujang anak semata wayang.

Ternyata benar, Setahun jadi photograper pengantin seorang gadis muslimah cantik bernama Siti jatuh cinta kepada Bujang. Dan mengrim surat cinta kepada Bujang. Bujangpun tertarik dan jatuh cinta dengan Siti. Ingin dia tidak percaya kepada si Dukun dan segera menikahi Siti. Bujang gelisah. Bayang-bayang wajah dan senyum Siti hadir disetiap malamnya. Siti yang lemah gemulai. Tinggi semampai. Pokoknya Aduhai...! Akhirnya, bujang ambil keputusan cinta siti ditolaknya.

Tahun berganti tahun. Umur bujang sudah kepala tiga. Sudah 35 tahun. Sedangkan jumlah pengantin yang diphotonya baru 80 pengantin. Emaknya pun sudah marah-marah. Emaknya menyesalkan kenapa Bujang tolak Siti dahulu, dan lebih percaya kepada dukun. Emaknya terus-terusan menagisi Bujang yang dia yakini akan terus membujang. Ah, matilah kau Bujaaaang......Sudah ku bilang kau jangan bertempur..bertempur juga kau bujang....".Isak Emak meniru ratap Nagabonar.

Bujang terus berkerja tanpa lelah, dia tidak peduli lagi dengan ucapan si Dukun. Dia pasrahkan hidupnya kepada Tuhan saja. Dia yakin Tuhan sudah ciptakan jodoh untuknya. Bujangpun kembali berhubungan dengan Siti yang masih lajang. Hubungan merekapun makin hangat dan mesra. Sitipun merasa keingannya untuk bersuamikan bujang pastkan sampai.

Pada Usia ke 37 Bujang berhasil mempotret 100 pengantin! Bujang gembira, akankah Siti jodohnya? Dia merayakan hari itu bersama Siti. Bujangpun dah bersiap-siap melamar Siti dengan menyiapkan cincin bertahtahkan berlian. Mereka bergimbira. Siti menjadi objek bidikan kamera Bujang di senja yang indah itu. Pantai tempat mereka bersenang-senang sangatlah indahnya. Ombak mencium pantai tak ada puasnya. Ketika Bujang duduk berdua dengan Siti disebuah batu dan bersiap-siap untuk melamar Siti diantara Sunset senja itu terdengar teriakan minta tolong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun