Mohon tunggu...
Albi Abdullah
Albi Abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Ex Philosophia Claritas

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Absurditas Kehidupan Masa Kini: Penegasian Dunia dan Kebebasan sebagai Solusi?

10 September 2020   19:38 Diperbarui: 10 September 2020   20:16 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ketika mencapai satu tujuan kita merasa teramat bahagia, kemudian tak lama kebahagiaan itu hilang dan kita kembali lagi berkehendak untuk mencapai tujuan lainnya. 

Kehendak melahirkan keinginan dan tak semua keinginan bisa tercapai, lahirlah penderitaan, terus menerus kita terjebak dalam siklus itu, sebuah hidup yang absurd!. Membukakan mata tentang stuktur hidup yang menderita dan menyuguhkan pesimisme universal.

PENEGASIAN DUNIA DAN KEBEBASAN
Karena terjebak dalam siklus hidup yang cenderung menderita, bukan berarti tidak ada celah untuk keluar darinya. Karena manusia bukan binatang yang hidup mekanis dibawah kendali instingtif. Manusia sebagai subjek berkesadaran bisa mengambil 'celah' untuk keluar dari siklus yang mengikatnya.

Kehendak yang membentuk siklus penderitaan tadi bisa ditaklukkan dengan cara mengontrolnya, solusi sederhana berkata demikian. Dalam bentuk terminologi yang lebih ekstrem kita bisa melakukan sebuah tindakan penegasian dunia atau penolakan terhadap dunia. 

Penegasian dunia mengarah ke aktivitas sufistik, karena mengontrol kehendak-kehendak yang membelenggu kita.  Menolak dunia bukan berarti membuangnya secara keseluruhan, namun dalam artian mempersempit keinginan. 

Ketika itu berhasil maka akan tiba pada satu keadaan  nothingness (ketiadaan) dan bagi Schopenhuer keadaan ini menimbulkan kebahagiaan yang tidak sementara, kebahagiaan yang lebih baik. Dalam bahasa yang lebih religus konsep ini disebut tidak cinta duniawi.


Untuk sampai kepada proses itu perlu mengerahkan seluruh kemampuan fisik dan batin, fisik dan batin kita akan ditempa dengan pendidikan kesederhanaan. Sayangnya tidak semua orang bisa sampai pada titik itu.

Satu lagi celah yang bisa dipertimbangkan adalah salah satu aset berharga manusia yaitu kebebasan. Kebebasan mengandaikan manusia yang berkesadaran. Kesadaran ini yang merupakan ciri khas eksisnya seorang manusia dibandingkan dengan makhluk dan benda lain. Benda selain manusia dikatakan "ada pada dirinya sendiri" dalam artian ia pasif dan tidak berkesadaran. Sedangkan manusia "ada untuk dirinya sendiri" dalam artian aktif berkesadaran, kesadaran ini kosong, yang digunakan untuk "mengisi" dan "menjadi".

Modal manusia yang "ada bagi dirinya sendiri" berguna untuk pemaknaan terus menerus guna menghadapi dinamika kehidupan, salah satunya adalah siklus kehendak tadi. 

Terkait kehendak yang tidak tercapai, alih-alih merasa menderita, ia akan mengisinya dengan pemaknaan dan menjadi suatu makna lain. Semakin seorang banyak berkehendak dan berkeinginan, semakin banyak juga ia harus memberi pemaknaan.

Solusi ini cenderung kontradiktif dengan solusi pertama, karena masih memiliki kemungkinan untuk cinta dengan segala hiruk pikuk dunia dan berhasrat untuk memilikinya, alih-alih menegasikan dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun