Nilai yang menjaga bangsa dan negara. Nilai yang mengokohkan Islam tanpa harus menjadi kaku. NU bukan hanya milik santri, tapi juga milik bangsa.
Maka, tugas generasi muda NU hari ini adalah memahami dan menghidupi makna soft power ini. Islam dan kebangsaan bukan sekadar jargon, tapi cara hidup.
Jika NU ingin tetap relevan, maka NU harus menjaga keseimbangan ini. Jangan condong ke satu sisi saja, karena sejarah membuktikan, keseimbangan adalah kunci bertahan.
Perdamaian: Narasi yang Tak Boleh Padam
Di tengah dunia yang gaduh, perdamaian adalah suara yang sering kali tenggelam.
Tapi bagi NU, perdamaian bukan sekadar harapan. Ia adalah tugas. Dan tugas ini tidak boleh berhenti. Dari konflik politik hingga isu kemanusiaan global, NU harus terus menjadi juru damai.
Narasi perdamaian harus terus dinyatakan. Tidak boleh kalah oleh suara-suara yang penuh kebencian.
Perdamaian bukan tanda kelemahan, tapi justru kekuatan. NU harus menjadi jangkar di tengah badai, bukan justru ikut dalam pusaran konflik.
NU telah berusia lebih dari seratus tahun. Kini, estafet ada di tangan generasi baru.
Lalu, apa yang akan kita lakukan? Lima tahun ke depan bukan untuk menunggu. Tapi untuk melangkah.
Menulislah, berkaryalah, dan jagalah bangsa ini. Karena NU ada bukan hanya untuk umat, tapi untuk dunia.
Selamat Harlah NU ke- 102