Mohon tunggu...
Albar Rahman
Albar Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Editor, Writer and Founder of Books For Santri (Khujjatul Islam Boarding School)

Sehari-hari menghabiskan waktu dengan buku-buku ditemani kopi seduhan sendiri. Menikmati akhir pekan dengan liga inggris, mengamati cineas dengan filem yang dikaryakan. Hal lainnya mencintai dunia sastra, filsafat dan beragam topik menarik dari politik hingga ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Masa kecil, Puasa, Masjid dan Sepak Bola di Pelosok Negeri

2 April 2023   23:13 Diperbarui: 2 April 2023   23:35 914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nostalgia masa kecil adalah hal paling berkesan. Mengundang kerinduan itu sendiri, ngundang tawa dan senyum hati penuh bahagia. 

Terlebih pada momen ramadan. Tibalah bulan mulia itu. Bagi kami anak-anak kecil kala itu adalah bulan bahagia. 

Saya yang notabenenya kecil di pelosok negeri, utara kalimantan, tepanya di pulau ujung sana bernama Nunukan. Lebih pelosok lagi di desa Seimenggaris, berbatas laut dan darat langsung dengan Malaysia. Dulu kami mengenalnya daratan sabah kini orang-orang menyebutnya tawau. 

Berlatar dari keluarga yang merantau ke Malaysia untuk bekerja. Suasana krisis kala itu mengharuskan mereka mengadu nasib ke negri orang. Saat suasan kerisis sudah aman di awal tahun 2000-an. Kami kembali ke negri sendiri, singgah dan menetaplah di Kalimantan. 

Kami besar di kalimantan sebagai perantau. Berbagai suku dan ras bercampur. 

Berbicara bulan puasa, kami anak-anak dari sulawesi, jawa, dari suku lainnya juga. Bermain siring. Pada bulan ini semakin akrab, karena secara tidak langsung melayu adalah budaya kami maka tidur di masjid adalah hal lumrah kala itu. 

Masa kecil saya dan anak desa di plosok negri kala itu  sangat akrab dengan masjid, belajar ngaji sore dan malamnya di bulan ramadan ful bermain. Tidur hingga sahur bersama bareng dibimbing dan dipantau oleh pak Ustad Guru kami memanggilnya. 

Teringat masa kecil dulu sekitar usia anak SD kelas 6. Terlalu banyak bermain, saat shalat subuh berjamah saya menggangu dan selalu mengerjakan teman yang tertidur kala shalat. Tak jarang saya kagetin dengan menendang betis, atau pura-pura batuk mengarahkan ke biji matanya yang sedang lelap dalam shalat. Ini kejailan satu dua saja masih banyak lagi hehehehe. 

Siang harinya masih bermain. Kala itu sekolah libur sebulan penuh. Puasa-puasa masih kuat bermain? Namanya masa kecil kan pas berwudhu bisa minum air sekalian untuk mengembalikan tenaga lagi. Entah ini pengalaman siapa. Yang jelas saya gak berani ngaku kala itu. Abi (ayah) bakal gantung digenteng jika mengetahuinya. 

Dan sore hari, kami anak desa tidak menunggu beduk dengan main ps atau ke time zone. Kami memilih bermain sepak bola. Soal kami kuat ya tidak tau. Lagi-lagi ada misteri kekutan yang rahasia alias ada udang di balik batu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun