Mohon tunggu...
Albar Rahman
Albar Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Editor, Writer and Founder of Books For Santri (Khujjatul Islam Boarding School)

Sehari-hari menghabiskan waktu dengan buku-buku ditemani kopi seduhan sendiri. Menikmati akhir pekan dengan liga inggris, mengamati cineas dengan filem yang dikaryakan. Hal lainnya mencintai dunia sastra, filsafat dan beragam topik menarik dari politik hingga ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Satu Abad NU dan Sajak Cinta Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari

7 Februari 2023   16:44 Diperbarui: 7 Februari 2023   16:49 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
potret Hadratusyaikh di Sampul Kitab Al-Qonun Al Asasi terbitan terbaru. 

albarr.art.blog
albarr.art.blog

Penggalan sajak cinta di atas. Memberi pesan sejuk. Pada peringatan satu abad Nahdatul Ulama.

Tahun 2023 ini. Organisasi yang diinisiasi oleh Hadratussyaikh dan beberapa ulama kenamaan Nusantara. Ada kiyai Chasbullah, sebagai ulama kuat dengan konsep “hubbul wthan”. Alias cinta tanah air yang begitu kuat.

Tentu banyak ulama lainnya. Kesemuanya sangat mencintai tanah air dan bangsanya. Sedang Hadtussyaik sendiri hidup dan berjuang di masa pendudukan dan penjajahan Belanda serta Jepang. NU kemudian berdiri 1926 mengikuti berdirinya Muhammadiyah 1912 yang didirikan oleh Sahabatnya yaitu Kiyai Ahmad Dahlam. Tentu kedua tokoh ini memberi pesan cinta dengan gerak dakwahnya masing-masing. Juga untuk kemaslahatan negerinya. 

Pesan cinta para ulama terdahulu begitupun dengan Hadratussyaikh masih terasa. Hingga berabad-abad kedepan. 

Dengan sentuhan sastra yang apik. Kanda Ustd. Salim A. Fillah mengutip lengkap sajak Hadratussyaikh.

Kutipan sajak Hadtussyaikh dari Kanda Ustd. Salim A. Fillah
Kutipan sajak Hadtussyaikh dari Kanda Ustd. Salim A. Fillah

Sajak Ulama besar NU di atas. Memberi pesan cinta. Betapa cinta layak untuk dipertahan. Selamanya bahkan berabad lamanya seandainya pun raga tak di bumi cinta selalu membumi.

Wajar saja kelak lahir tokoh NU seperti Gus Dur. Selalu menggebu jika kemanusiaan diusik di negrinya sendiri. Tanpa melihat latar agama dan golongan beliau memasang badan terdepan sebagai pembela.

Penyair senior yang hari ini sajaknya selalu hadir dan berangkat dari nafas cinta. Adalah Gus Mus, tokoh satu ini puisi dan syairnya selalu mengusik nurani karena digores dengan hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun