Di tengah perubahan zaman yang sering menggerus nilai moral, sosok seperti Ustadz Muhammad Luthfi Al-Jundi, S.Pd.I menjadi pengingat bahwa pendidikan sejati selalu bersumber dari cinta, kesabaran, dan keikhlasan.
Beliau adalah potret nyata dari firman Allah dalam Surah Al-Mujadilah ayat 11: "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat."
Dengan langkah yang tenang dan hati yang tulus, Ustadz Luthfi terus menyalakan cahaya di ruang-ruang kelas, mengantarkan generasi muda menuju masa depan yang bukan hanya cerdas, tetapi juga berakhlakul karimah. Karena bagi beliau, menjadi guru bukan sekadar pekerjaan - melainkan jalan menuju surga.
Tulisan ini menggambarkan sosok inspiratif Ustadz Muhammad Luthfi Al-Jundi, S.Pd.I, guru sekaligus wali kelas X KUI Soul Tech di Madrasah Aliyah (MA) Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara, yang dikenal karena ketulusan, kesabaran, dan pendekatan mendidik dengan hati.
Bagi Ustadz Luthfi, mengajar bukan sekadar mentransfer ilmu, tetapi juga menyalakan cahaya di hati siswa agar mereka menemukan jati diri dan tumbuh menjadi pribadi berakhlak mulia. Filosofinya, "Jangan paksa ikan untuk terbang", menggambarkan keyakinannya bahwa setiap anak memiliki potensi unik yang harus dihargai dan dikembangkan tanpa paksaan atau perbandingan.
Dalam kesehariannya, beliau menanamkan nilai-nilai Islam dengan cinta dan keteladanan. Saat menghadapi siswa bermasalah, ia memilih dialog dan pendekatan lembut, bukan kemarahan. Ia juga aktif menjalin kolaborasi dengan orang tua, meyakini bahwa pendidikan karakter adalah tanggung jawab bersama antara guru dan keluarga.
Sebagai pendengar yang baik, Ustadz Luthfi sering menjadi tempat curhat bagi siswanya. Dari momen-momen sederhana itulah ia menanamkan nasihat dan motivasi Islami. Banyak kisah perubahan lahir dari sentuhannya, seperti siswa pendiam yang kini tumbuh percaya diri atau santri yang kembali semangat belajar setelah merasa didengar.
Ujian dan kesalahan siswa pun ia jadikan peluang untuk menumbuhkan tanggung jawab, bukan untuk menghukum. Ia percaya, kesabaran adalah kunci dalam mendidik. Untuk menjaga semangatnya, ia rutin mendengarkan ceramah motivatif setiap pagi dan berusaha tumbuh bersama siswa dalam proses belajar.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!