"Kalau kalian hanya berniat belajar demi mendapatkan nilai tinggi saja, maka hasilnya hanya akan sebatas itu. Tidak ada makna lain yang bisa kalian dapatkan. Karena itu, penting untuk kembali pada niat awal: untuk apa kalian belajar? Apakah hanya sekadar menyelesaikan tugas dan meninggalkan ilmu begitu saja, atau benar-benar ingin memahami dan mengamalkannya? Maka perbaikilah niat dalam belajar. Begitu juga saat kalian datang ke sekolah ini, tanyakan pada diri sendiri, apa sebenarnya tujuan kalian? Jika sudah tahu, maka arahkan niat itu untuk belajar dengan sungguh-sungguh, sehingga setiap kegiatan yang kalian jalani di sini benar-benar memberi manfaat bagi kehidupan kalian."
Â
Dalam konteks pendidikan Islam, niat yang lurus adalah fondasi dari setiap amal, termasuk dalam menuntut ilmu. Ketika seorang pelajar belajar dengan niat karena Allah SWT, untuk memperbaiki diri, dan memberikan manfaat bagi umat, maka proses belajar tersebut akan membawa keberkahan dan dampak yang jauh lebih besar daripada sekadar mengejar prestasi semata.
3. Menghargai Ilmu dengan Adab yang Baik
Poin ketiga yang disampaikan Ustadzah Elmuna adalah tentang pentingnya adab dalam menuntut ilmu. Beliau menceritakan kisah inspiratif dari Abdullah bin Abbas yang dijuluki "Hibrul Ummah" (cinta umat) dan "Al-Bahr" (lautan) karena keluasan ilmunya.
"Pada suatu malam, Abdullah bin Abbas pernah tidur di depan rumah salah satu sahabat Nabi. Ketika ditanya mengapa ia tidak langsung masuk atau menunggu di dalam rumah, beliau menjawab bahwa dirinya tidak ingin mengganggu. Ia rela menunggu di luar demi kesempatan mendapatkan ilmu. Dari sikapnya itu, kita bisa belajar betapa besar rasa hormatnya kepada ilmu dan kepada orang yang mengajarkannya. Abdullah bin Abbas menunjukkan bahwa menghargai ilmu harus diiringi dengan adab yang tinggi."Â
Kisah ini menggambarkan betapa besar penghormatan Abdullah bin Abbas terhadap ilmu dan gurunya. Ia rela tidur di depan pintu rumah gurunya hanya karena tidak ingin mengganggu. Sikap ini menunjukkan bahwa ilmu yang sejati akan membentuk adab dan akhlak yang mulia pada penuntutnya. Ustadzah Elmuna menekankan bahwa "Sama-sama kita perbaiki diri kita, bagaimana kita menghargai orang yang memberikan kita ilmu."
4. Kesuksesan Bukan Akhir dari Segalanya
Poin terakhir yang disampaikan adalah tentang makna kesuksesan. Ustadzah Elmuna mengingatkan bahwa kesuksesan bukanlah sesuatu yang final, melainkan proses yang terus berkelanjutan.
"Success is not final, failure is not fatal. It is the courage to continue that counts."Â Itu keberanian untuk menjelaskan apa yang sudah dimulai."
Dalam konteks pendidikan, ini berarti bahwa kegagalan dalam ujian bukanlah akhir dari segalanya. Sebaliknya, kegagalan harus menjadi pembelajaran untuk terus memperbaiki diri. Ustadzah Elmuna menekankan pentingnya kejujuran dalam menghadapi ujian dan mengajak siswa untuk tidak takut gagal.