Mohon tunggu...
AL AZHAR ASY SYARIF SUMUT
AL AZHAR ASY SYARIF SUMUT Mohon Tunggu... Official Pemberitaan Sekolah Islam Masa Depan Al-Azhar Asy-Syarif Boarding School Sumatera Utara (AAIBS)

Official Pemberitaan Sekolah Islam Masa Depan Al-Azhar Asy-Syarif Boarding School Sumatera Utara (AAIBS)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kenapa Aku Harus Tepat Waktu? Pelajaran Berharga dari Postcast Al-Azhar Asy-Syarif Sumut

3 Oktober 2025   11:26 Diperbarui: 3 Oktober 2025   11:26 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kenapa Aku Harus Tepat Waktu? Pelajaran Berharga dari Postcast Al-Azhar Asy-Syarif Sumut (Foto: AAIBS)


Di tengah derasnya arus era digital, disiplin waktu sering kali menjadi nilai yang terabaikan. Anak-anak mudah terjebak dalam rutinitas yang serba fleksibel-main game hingga larut malam, bangun kesiangan, atau menganggap keterlambatan sebagai hal lumrah. Namun, SD Islam Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara mencoba memutar balik kebiasaan ini dengan cara yang berbeda: melalui podcast edukatif yang dikemas hangat, ceria, dan penuh makna.

Episode #99 dari podcast bertajuk “Kenapa Aku Harus Tepat Waktu?” menghadirkan dua siswa SD, Gaisan dan Fitra, yang berbincang interaktif bersama Ustazah Rahma. Dari ruang sederhana yang dihiasi ornamen islami dan suara ceria anak-anak, lahirlah diskusi penuh makna tentang waktu, kedisiplinan, dan tanggung jawab.

Waktu Dijelaskan Lewat Permainan

Alih-alih ceramah panjang yang sering membuat anak bosan, podcast ini memulai dengan permainan spin wheel. Roda berwarna-warni itu diputar, jarumnya berhenti di angka yang menunjukkan jam tertentu, dan Gaisan serta Fitra diminta menyebutkan aktivitas yang biasa mereka lakukan pada waktu tersebut.

“Jam 11.00 pagi, saya salat Dhuha berjamaah, kemudian snack time,” ujar Gaisan penuh antusias.
“Jam 12.00 siang, saya makan siang dan persiapan salat Zuhur,” timpal Fitra sambil tersenyum.

Dari sekadar permainan, anak-anak belajar mengaitkan jam dengan aktivitas nyata. Ketika ditanya konsekuensi jika terlambat, jawabannya lugas sekaligus polos:

  • “Kalau jam 6.00 pagi masih tidur, tidak bisa salat Subuh,” kata Gaisan.
  • “Kalau jam 12.00 siang masih snack time, perut akan kelaparan,” sahut Fitra.

Dengan cara sederhana, konsep abstrak tentang waktu menjelma menjadi kesadaran praktis dalam kehidupan sehari-hari.

Kartu Pertanyaan: Menyentuh Realita Sehari-hari

Segmen berikutnya menghadirkan kartu berisi skenario nyata. Dari sinilah kedalaman pemahaman anak-anak teruji.

  • Kartu #7: “Apa yang terjadi kalau orang tuamu lama jemput kamu di sekolah?”
    “Saya akan sangat bosan, Ustazah. Pernah Bunda ketiduran,” jawab Fitra polos, tapi jujur. Jawaban ini menggambarkan bagaimana keterlambatan orang tua bisa berdampak emosional pada anak.

  • Kartu #3: “Apa yang terjadi kalau kamu molor nonton TV sampai jam 12 malam?”
    “Saya tidak bisa bangun dengan cepat,” jawab Gaisan, yang ternyata paham arti tidur cukup.

  • Kartu #5: “Apa yang terjadi kalau kamu terlambat bangun sahur di bulan Ramadan?”
    Dengan suara mantap, Fitra menjawab, “Saya akan tetap puasa karena puasa itu wajib. Kalau sudah tidak sanggup, baru buka puasa.” Jawaban ini mencerminkan ketangguhan spiritual seorang anak.

  • Kartu #8: “Apa yang terjadi kalau kamu telat setor hafalan?”
    “Saya tidak bisa menambah ilmu. Seharusnya target sampai Al-Hadid, tapi masih di Surah Al-Hasyr,” ungkap Gaisan.

Pertanyaan sederhana ini berhasil menggali pemahaman anak tentang disiplin, bukan sekadar sebagai aturan, melainkan kebutuhan yang memengaruhi kualitas hidupnya.

Tebak Profesi: Waktu dan Tanggung Jawab

Bagian paling seru adalah permainan tebak profesi. Ustazah Rahma memberi petunjuk berupa konsekuensi keterlambatan, sementara Gaisan dan Fitra menebak pekerjaan yang dimaksud.

  • “Kalau saya terlambat, roket tidak bisa meluncur.” → Astronaut.
  • “Kalau aku terlambat, pasien tidak akan selamat di jalan.” → Sopir Ambulans.
  • “Kalau aku terlambat, api bisa membesar dan membahayakan orang.” → Pemadam Kebakaran.
  • “Kalau aku terlambat, murid-murid tidak bisa belajar tepat waktu.” → Guru.
  • “Kalau aku terlambat, orang-orang juga terlambat untuk salat.” → Muazin.

Tawa renyah anak-anak bercampur dengan kekaguman, saat mereka menyadari bahwa hampir semua profesi penting di dunia bergantung pada disiplin waktu.

Pelajaran Moral: Waktu adalah Kehidupan

Dari permainan hingga percakapan ringan, podcast ini menyampaikan pesan moral yang begitu dalam:

  • Menghargai diri sendiri.
    “Kita harus menghargai waktu diri kita dan diri orang lain,” ujar Fitra tegas.

  • Menghargai orang lain.
    Gaisan menimpali, “Masa kita datang ke sekolah jam 10.00, orang lain sudah belajar. Itu artinya kita tidak menghargai.”

  • Efek domino.
    Keterlambatan satu hal memicu keterlambatan lainnya: bangun kesiangan → telat sekolah → ketinggalan pelajaran → waktu belajar malam pun terganggu.

  • Nilai religius.
    Anak-anak diajak mengingat bahwa salat tepat waktu adalah inti kedisiplinan seorang muslim.

Inovasi Pendidikan Karakter di Era Digital

Podcast ini menjadi bukti bahwa pendidikan karakter bisa dikemas segar, interaktif, dan kontekstual.

  1. Metode kreatif. Spin wheel, kartu pertanyaan, dan tebak profesi menjadikan disiplin waktu terasa menyenangkan.
  2. Partisipasi aktif. Anak-anak tidak hanya mendengar, tetapi aktif memberi jawaban, contoh, bahkan refleksi pribadi.
  3. Konten relevan. Semua situasi diambil dari kehidupan sehari-hari anak.
  4. Pendekatan holistik. Waktu tidak hanya dipahami dari sisi praktis, tetapi juga sosial, emosional, spiritual, hingga profesional.

Relevansi untuk Dunia Pendidikan

Inisiatif ini membawa banyak inspirasi:

  • Bagi guru: cara kreatif menanamkan nilai karakter.
  • Bagi orang tua: referensi untuk membangun disiplin di rumah.
  • Bagi sekolah lain: model integrasi teknologi dalam pendidikan.
  • Bagi pembuat konten: format menarik untuk tema-tema edukatif lainnya.

Seperti kesimpulan di akhir episode, Ustazah Rahma menegaskan:
“Kita harus tepat waktu. Supaya disiplin. Supaya bisa menghargai diri kita dan orang lain.”

Pesan sederhana itu, dalam bingkai tawa dan kejujuran anak-anak, menjelma menjadi pelajaran berharga: menghargai waktu adalah menghargai kehidupan.

*****

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun