Kartu #7: “Apa yang terjadi kalau orang tuamu lama jemput kamu di sekolah?”
“Saya akan sangat bosan, Ustazah. Pernah Bunda ketiduran,” jawab Fitra polos, tapi jujur. Jawaban ini menggambarkan bagaimana keterlambatan orang tua bisa berdampak emosional pada anak.
Kartu #3: “Apa yang terjadi kalau kamu molor nonton TV sampai jam 12 malam?”
“Saya tidak bisa bangun dengan cepat,” jawab Gaisan, yang ternyata paham arti tidur cukup.
Kartu #5: “Apa yang terjadi kalau kamu terlambat bangun sahur di bulan Ramadan?”
Dengan suara mantap, Fitra menjawab, “Saya akan tetap puasa karena puasa itu wajib. Kalau sudah tidak sanggup, baru buka puasa.” Jawaban ini mencerminkan ketangguhan spiritual seorang anak.
Kartu #8: “Apa yang terjadi kalau kamu telat setor hafalan?”
“Saya tidak bisa menambah ilmu. Seharusnya target sampai Al-Hadid, tapi masih di Surah Al-Hasyr,” ungkap Gaisan.
Pertanyaan sederhana ini berhasil menggali pemahaman anak tentang disiplin, bukan sekadar sebagai aturan, melainkan kebutuhan yang memengaruhi kualitas hidupnya.
Tebak Profesi: Waktu dan Tanggung Jawab
Bagian paling seru adalah permainan tebak profesi. Ustazah Rahma memberi petunjuk berupa konsekuensi keterlambatan, sementara Gaisan dan Fitra menebak pekerjaan yang dimaksud.
- “Kalau saya terlambat, roket tidak bisa meluncur.” → Astronaut.
- “Kalau aku terlambat, pasien tidak akan selamat di jalan.” → Sopir Ambulans.
- “Kalau aku terlambat, api bisa membesar dan membahayakan orang.” → Pemadam Kebakaran.
- “Kalau aku terlambat, murid-murid tidak bisa belajar tepat waktu.” → Guru.
- “Kalau aku terlambat, orang-orang juga terlambat untuk salat.” → Muazin.
Tawa renyah anak-anak bercampur dengan kekaguman, saat mereka menyadari bahwa hampir semua profesi penting di dunia bergantung pada disiplin waktu.
Pelajaran Moral: Waktu adalah Kehidupan
Dari permainan hingga percakapan ringan, podcast ini menyampaikan pesan moral yang begitu dalam: