Mohon tunggu...
Alaysha Rizahra
Alaysha Rizahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fakultas Keperawatan UNAIR

Mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Si Paling Multitasking vs Si Paling Overthinking

1 Mei 2023   13:35 Diperbarui: 1 Mei 2023   13:37 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Overthinking. sumber : pexels.com https://www.pexels.com/search/overthinking/

Siapa yang tidak mengenal Generasi Z? Generasi yang dikenal memiliki peran krusial dalam persaingan global saat ini. Gen z mendominasi masyarakat Indonesia dengan jumlah 27,94%. Walaupun disebut sebagai penggerak perubahan, nyatanya pada era disruptif dan dinamis ini membuat Gen Z memiliki berbagai tantangan. Salah satu diantaranya adalah dunia digital. Disamping adanya tekanan tersebut, generasi Z dituntut untuk 'cekatan' agar mereka mampu bersaing di era globalisasi saat ini. Gen Z adalah generasi yang mahir dalam melakukan berbagai kegiatan dalam satu waktu. Hal inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi Gen Z khususnya di dalam dunia pekerjaan. Tuntutan generasi tersebut untuk memiliki kecakapan multitasking terbantu oleh kecanggihan teknologi saat ini, sehingga mereka lebih efektif dan efisien dalam melakukan tugasnya.

Tumbuh di dunia serba digital membuat Gen Z merasa terjebak pada setiap pemikiran mereka. Hal ini menjadikan Gen Z terkesan complicated jika membahas terkait 'mental health'. Menurut laporan UNICEF The State of the World's Children 2021, sebanyak 1 dari 5 responden anak muda usia 15-24 tahun menyatakan sering merasa depresi yang berdampak pada rendahnya minat untuk berkegiatan. Sedangkan pada tahun 2018, American Psychological Association (APA) melakukan penelitian berjudul "Stress in America: Generation Z", dimana anak muda yang berusia 15 sampai 21 tahun (Gen Z) adalah kelompok dengan kondisi kesehatan mental terburuk dibandingkan dengan generasi lainnya.

Permasalahan kesehatan mental menjadi hal yang mengkhawatirkan bagi generasi tersebut. Meskipun dikenal sebagai generasi penuh inovasi, namun Gen Z merupakan generasi yang cenderung paling mudah mengalami stress, bahkan hampir dua kali lipat dibandingkan generasi milenial. Mulai dari anxiety dan insecure yang berujung menjadi overthinking. Overthinking telah menjadi istilah yang kerap didengar di kalangan anak muda seperti Gen Z. Overthinking merupakan kondisi dimana terlalu memikirkan hal yang seharusnya tidak kita pikirkan secara berlebihan bahkan tidak menutup kemungkinan dapat menimbulkan stress, depresi serta perasaan cemas yang mengganggu aktivitas sehari-hari.

Kemajuan digital seperti berkembangnya media sosial sebagai rumah kedua bagi sebagian besar masyarakat dunia dapat memudahkan Gen Z mengakses berbagai informasi secara bebas dan tidak terbatas. Namun dibalik kelebihan tersebut, media digital memberikan dampak negatif yang cukup besar terhadap kesehatan mental Gen Z. Contohnya saja ketika menggunakan media sosial, kita bisa melihat apa yang terjadi kapan saja dan dimana saja, bahkan bisa mengetahui apa yang dilakukan oleh siapa saja. Hal ini yang membuat sebagian besar Gen Z menjadi terlalu peduli dengan orang lain dibanding dirinya dan selalu membandingkan dirinya dengan orang lain. "Apakah bisa menjadi seperti mereka? Mengapa mereka seperti itu sedangkan aku tidak?". Hal itulah yang menjadi akar timbulnya overthinking. Sah-sah saja bahwa seseorang memiliki sifat naluri iri dengan orang lain. Namun alih-alih memikirkannya, lebih baik informasi itu digunakan sebagai penyemangat agar mampu menjadi pribadi yang lebih baik.

Generasi Z dikenal sebagai generasi up to date dan memiliki ambisi tinggi namun menginginkan hal tersebut secara instan. Selain itu, Gen Z menyukai kebebasan dan hal detail. Gen Z merupakan generasi dengan pemikiran kritis dan detail dalam menyelesaikan suatu permasalahan, namun tidak suka dihadapkan pada proses panjang saat menghadapi masalah. Hal ini membuat beberapa dari generasi Z tidak tanggap dalam mengambil sebuah keputusan. Terkadang mereka terlalu fokus pada hal negatif dan mengabaikan hal positif yang ada di sekitarnya. Alih alih menemukan jawaban dengan cepat, masalah yang dihadapi semakin berputar di dalam pikiran dan menyebabkan overthinking.

Lalu, bagaimana cara mengatasi overthinking? 

  • Alihkan perhatian sejenak daripada terus memikirkan masalah secara berlarut-larut. Alih-alih memikirkan sesuatu berulang kali, lebih baik mengambil langkah yang diperlukan untuk menghadapi situasi tersebut. Hal yang ada dalam pikiran kita tidak selalu realistis dan benar adanya, sehingga kita harus mampu menyingkirkan skenario negatif yang ada dalam pikiran dan mengisinya dengan hal positif.
  • Kelola emosi. Usia pada generasi Z dikenal belum mampu mengendalikan emosi secara stabil. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan meditasi pikiran dengan memikirkan hal-hal yang membuat tenang. 
  • Kenali kelebihan dan kekurangan diri. Dengan mengenali diri sendiri, kita akan mengerti kebutuhan diri masing-masing. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan sesuai porsinya. Kekurangan bukanlah hambatan dalam menjalani tantangan hidup. Kita perlu menunjukkan apa yang harus difokuskan dan apa yang perlu diperbaiki daripada sibuk membandingkan diri dengan orang lain.

Overthinking tidak selalu menghasilkan solusi yang lebih baik, karena hal ini bisa berdampak pada kesehatan mental seseorang. Mungkin sebagian orang berpikir bahwa memikirkan sesuatu dalam waktu yang sangat lama memberi jawaban yang tepat dalam menemukan solusi. Namun pada kenyataannya, semakin lama seseorang memikirkan sesuatu, maka semakin sedikit waktu dan energi yang dimiliki untuk mengambil langkah yang tepat. Mari menjadi generasi multitasking tanpa overthinking!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun