Mohon tunggu...
Alan Budiman
Alan Budiman Mohon Tunggu... profesional -

Pemilik akun ini pindah dan merintis web baru seword.com Semua tulisan terbaru nanti akan diposting di sana. Tidak akan ada postingan baru di akun ini setelah 18 November 2015.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ustadz, Berhentilah Permalukan Ajaran Islam

14 Agustus 2015   08:47 Diperbarui: 14 Agustus 2015   17:36 78018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jelas saja kita tidak bisa menyalahkan publik, harusnya Yusuf Mansur yang ustad itulah yang lebih bijak menuliskan sesuatu. Andai kalimat tersebut disampaikan di kalangan santri, semua orang bisa terima. Kalaupun ada pertanyaan bisa langsung berdiskusi. Berbeda dengan sosial media yang terpotong-potong. Para santri bisa menerima dalil dan sebagainya, sementara publik belum tentu ada yang faham atau bisa diajak faham. Para pendakwah seharusnya faham soal ini. 

Kini beralih pada dollar di bawah sepuluh ribu. Dollar dan rupiah adalah mata uang dua negara. Pergerakannya melibatkan banyak faktor ekonomi seluruh negara di dunia. Berdoa pada Tuhan agar dollar jatuh di bawah 10 ribu sama sekali tidak salah. Namun menjadi salah ketika dilepas pada publik dan kalimatnya bergantung hanya pada doa, lalu ada unsur kepastian. Silahkan perhatikan, seolah cukup dengan doa maka dollar akan (pasti) langsung melemah.

Saya tidak meragukan akan kekuatan Tuhan. Tsunami bisa Dia berikan, gempa, longsor, dan hal-hal fantastis adalah mudah bagi Tuhan. Namun tetap saja ada sisi logika dan nalar yang terlibat di dalamnya.

Contoh kita ingin punya anak, maka harus melakukan aktifitas sex dulu dengan rajin lalu menunggu 9 bulan 12 hari sebelum akhirnya sang anak bisa lahir. Tidak bisa kita hanya berdoa lalu tiba-tiba punya anak. Ya bisa sih, misal ada anak yatim yang mau diadopsi misalnya. Namun itupun ada proses dan sisi logika serta nalar yang terlibat di dalamnya. Atau kita ingin punya mobil, maka kita harus bekerja dan mencari pendapatan yang layak. Ini semua disebut ikhtiar, dalam Islam sudah masuk kategori ibadah.

Nah Yusuf Mansur ini memang saya perhatikan sering menggampangkan. Tidak salah. Sekali lagi tidak salah. Tuhan sangat berkuasa dan saya meyakini hal tersebut. Namun menggampangkan dan menghapus faktor usaha, ini yang agak mengkhawatirkan. Semisal cukup shalawat saja dengan ritual tertentu ke mobil yang dikehendaki. Ini kan ada unsur penghapusan usaha. Ah apakah shalawat bukan usaha? Ya usaha juga, namun usaha itu lahir bathin. Harus mau berproses. Kalau hanya usaha bathin saja, misalnya berdoa dan bershalawat, lantas apa bedanya dengan orang yang bekerja saja tanpa berdoa? Ya beda dong, doa kan ibadah. Lah trus bekerja bukan ibadah?

Nah kembali ke doa bersama, melibatkan seluruh masyarakat Indonesia dan stasiun TV nasional agar dollar di bawah 10 ribu, sekali lagi saya katakan ini tidak salah, namun menghapus faktor usaha ril itulah yang salah. Ini jelas kasusnya menjadi seperti orang yang mau punya mobil tadi, cukup doa dan melupakan usaha lainnya. Seharusnya Yusuf Mansur sebagai ustad bisa lebih bijak. Andai kalimatnya seperti ini:


"Kita rakyat Indonesia yuk sama-sama berdoa. Doakan supaya Presiden, Menteri dan BI bisa bekerja dengan maksimal dan Allah memudahkan tugas beliau semua. Semoga rupiah bisa menguat di bawah 10 ribu perdollar. Aamieen"

Jika kalimatnya seperti itu, pastilah tidak akan ditanggapi bermacam-macam oleh publik. Jelas sekali berbeda jauh dengan twit Yusuf Mansur yang berhasil menghebohkan netizen.

Saya bukan ustad, ilmu agama saya sedikit dan ibadah saya jauh di bawah orang-orang yang digelari ustad, termasuk Yusuf Mansur sendiri. Namun melihat beberapa kejadian ini saya merasa ada yang salah dan harus saya sampaikan di tulisan ini.

Untuk yang terhormat Ustad Yusuf Mansur, sebelumnya saya mohon maaf.

Ustad itu secara tidak langsung mengolok-olok agama Islam. Lihatlah bagaimana kekisruhan yang anda buat saat anda termehek-mehek ingin pilpres lagi, anda ini ustad lho, sudah tua juga, masa tidak ada bedanya dengan mahasiswa tata boga semester satu? Anda ini ustad, jamaah anda banyak, jangan sampai memperkeruh suasana hanya karena penilaian subjektif anda terhadap Presiden Jokowi dan pemerintahan sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun