Mohon tunggu...
Alan Budiman
Alan Budiman Mohon Tunggu... profesional -

Pemilik akun ini pindah dan merintis web baru seword.com Semua tulisan terbaru nanti akan diposting di sana. Tidak akan ada postingan baru di akun ini setelah 18 November 2015.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pameran Produksi Indonesia 2015, Kompasianer dan @KebabBabaRafi

7 Agustus 2015   13:22 Diperbarui: 7 Agustus 2015   13:35 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="dokumen pribadi"]

[/caption]

Di Media Center Mbak Avy membagi-bagikan makanan, juga kebab turki babarafi gratis dengan cukup memposting foto ekspresi makan kebab di instagram. Media Center mendadak riuh saat anak-anak SMP datang. Ada yang mengompori "eh di sana ada kebab gratis" dan membuat teman-temannya cepat menuju ujung kiri ruangan.

Keriuhan tersebut terpaksa harus dihentikan karena pemilik kebab Turki babarafi sudah datang dan siap memberikan talkshow di panggung utama.

Saya dan Bu Nurhasanah sudah duduk manis di barisan pertama. Sebelum acara dimulai, cerita-cerita dulu. Dari soal usia, tulisan, sampai soal terbentuknya RTC (grup fiksi kompasianer). Tentu saja pasti ada alasan sangat-sangat kuat kenapa sampai terbentuk grup tersebut. Saya yang to the point nyata-maya langsung tanya saja, karena di dunia maya saya malah 'dikeroyok' dan merasa tidak mendapat penjelasan akurat serta logis. Siang itu saya mendapat banyak cerita dan alasan, lalu mengerti. Puas.

Tak lama Mbak Avy (sebagai moderator) dan Nilam Sari (owner kebab Babarafi) sudah duduk di kursi atas panggung. Banyak hal yang Mbak Nilam Sari ceritakan, dari awal hingga sekarang. 


Mbak Nilam bercerita tentang keputusannya menikah saat masih kuliah. "Suami saya itu bersin aja bisa bikin saya hamil kayaknya" kelakarnya.

Saat kebutuhan meningkat, anak butuh banyak hal, maka muncul ide untuk jualan. Sesuatu yang biasa dan orang suka makan. Waktu itu gerobak burger. Dari satu gerobak, menjadi 6 gerobak. Sukses.

Namun cerita kesuksesan harus selesai dan 6 gerobak tersebut dikandangkan. Bangkrut. Karena ada pesaing burger yang tiba-tiba datang dengan harga lebih murah, lebih kekinian dan menarik. Saat itu Mbak Nilai dan suaminya tidak mengerti paten dan urusan rumit lainnya. Mereka hanya mau jualan. Maka karena tidak memiliki 'pondasi' mereka terpaksa harus tutup. Ibarat kita yang bangun rumah, namun kemudian ada saudara kita yang memiliki surat sertifikat tanah dan rumah. Secara hukum, siapa yang lebih berhak atas rumah tersebut? Tentu saja pemegang surat-surat.

Setelah itu Mbak Nilam dan suami hanya bisa melihat 6 gerobaknya berjejer di depan rumah. Saat saya tanya berapa lama periode down yang beliau jalani waktu itu? Si Mamah mudah ini nampak enggan menyebut detail "apa ya, harus terus bergerak sih Mas, ga lama. Sedih iya, tapi setelah itu harus mulai lagi. Paling seminggu lah" dan jawaban ini gagal membuat saya percaya hehe. Pesan motivasinya bagus. Tapi andai benar hanya seminggu, saya pikir beliau luar biasa sekali. Pembaca tau kenapa? Karena saya tahu betul dan pernah mengalami. Sakitnya tuh di sini ga ilang-ilang. Haha.

Untuk menghilangkan jenuh, dua pasangan ini jalan-jalan ke luar negeri. Qatar. Dari sana lah awal cerita mereka kemudian jualan kebab Turki. Rasa dan kemasan dimodifikasi agar sesuai dengan lidah orang Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun