Mohon tunggu...
Roeslan Hasyim
Roeslan Hasyim Mohon Tunggu... Editor - Cerpen Mingguan

Penyiar Radio Mahardhika Bondowoso, Pengajar Prodi PSPTV dan Perfilman SMKN 1 Bondowoso

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bukan Horor Malam Jumat Kliwon

24 Desember 2020   06:18 Diperbarui: 24 Desember 2020   20:01 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut para Tetua, munculnya raja Roh ini akan memiliki dua kemungkinan. Kemungkinan Karena seseorang akan terpilih untuk menerima kekuatan mistis, semacam kesaktian untuk meneruskan tongkat kepemimpinan suku kami, atau justru mendapat hukuman karena melakukan pelanggaran adat.

Tentu kami berdua tidak berpikir bahwa kami akan terpilih, tapi lebih pada pelanggaran yang kami lakukan berdua selama ini. Sudah tak terhitung berapa banyak pelanggaran yang kami buat, bahkan bisa dikatakan sepanjang kami dinyatakan dewasa secara adat, sepanjang itu setiap aturan yang ada kami langgar dan tak kami indahkan. Itulah alasan mengapa kami takut. Bahkan menurut cerita, seseorang yang melanggar aturan adat dan bertemu raja roh, akan mengalami kematian yang sangat menyakitkan. Bahkan teriakan rasa sakit yang dirasakan juga bisa dirasakan oleh mereka yang hidup di alam baka.

“Ada gerangan apa bapak menunggu kami?” ucapku memberanikan diri.

“Ada hal yang harus saya lakukan untuk kalian berdua.”

“Apakah bapak Raja Roh yang sering diceritakan oleh para tetua.” sela Edi.

“Iya.”

“Tapi kenapa bapak berpakaian gamis hitam. Kan seharusnya bapak memakai gamis putih.” Ucap Edi seperti sedang protes bahwa seharusnya Raja Roh itu seperti gambaran yang disampaikan oleh para Tetua.

“Tidak usah banyak tanya."

Belum sempat kami berdua berbicara, Raja Roh menghilang dalam gelap, seketika pula pandangan kami pun jadi gelap.

***

Kami terbangun mendengar lolongan suara anjing yang begitu kuat. Kami heran, ketika melihat kami sudah berada di tumupukan kayu bakar di tempat ritual, tempat dimana para roh leluhur, para Tetua adat, dan warga adat melakukan upacara dan membaca mantra-mantra yang tak pernah kami dengar bahkan jika hanya sekali saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun