Mohon tunggu...
Alan Daka
Alan Daka Mohon Tunggu... Akuntan - Cuma mau nulis.

Dream it, taste it, make it happen..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menu Makan Siang

12 September 2016   22:54 Diperbarui: 12 September 2016   22:59 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: makansiangapa.blogspot.com

 Waktu terasa panjang, jarum detik jam terasa meledek enggan berputar. Padahal cuma lima menit saja, rasa - rasanya mau meninggalkan ruangan tak lagi sanggup ditahan. Ku coba membereskan kertas yang berserakan, sekedar berusaha mengalihkan lapar yang kian memuncak.

 Akhirnya penantian seabad itu datang. Aku bergerak cepat meninggalkan ruangan, mencoba meraih dompet yang kusimpan. Lalu aku berjalan cepat melewati para kawan yang masih berkutat dengan kesibukannya, teman yang memanggil pun aku hiraukan segera. Pokoknya saya harus cepat ke tempat makan, rasanya sudah tak tahan, perut juga sulit diajak kompromi lagi.

Tempat aku kerja cukup jauh dari tempat makan. Lift yang mengantarkan aku menuju pada lantai tempat makan turut serta menyiksaku, seolah - olah segala sesuatunya hari ini berkelompok untuk membunuhku dalam lapar. "Lama sekali sih!" gerutuku sembari menunggu lift.

Lift yg ditunggu pun membuka pintu, segera aku tekan nomer lantai yang dituju. Sesaat pintu akan tertutup, pintu lift justru terbuka lagi karena ditahan temanku yang hendak masuk. "Cepat tekan tombol tutup pintunya dong."seruku dengan agak sinis. Aku tersadar emosiku naik akibat lapar ini, lalu aku coba tenang agar tidak ada yang tersembur olehku.

"Mau kemana mal?" Tanya temanku

"Mau cari makan dibawah nih." Jawabku dengan nada yang lebih bersahabat.

"Aah bener nih mau cari makan dibawah?, Tumben banget, ga biasanya mau kebawah."tanya dengan wajah penuh ledek.

"Biasanya kita nih yang sering kamu ledek karena masih belum ada yang masakin makan siang, eeh sekarang malah ikutan makan dibawah nih. Lagi ga dimasakin ya?" celetuknya diikuti tawanya yang mengganggu.

"Apa lagi berantem ya? Makanya ga dimasakin makan. Hahahaha." celetuknya lagi dengan tawa yang meledak.

"Bosen aah masakan istri mulu, cuma bisa masak yang itu itu aja, ga ada variasinya sih." ceplosku menjawab ledeknya.

"Kemaren aja seharian makan telur terus, cuma pagi telur dikecapin, kalau malam telur balado. Kebayang kan sekarang ketemu telur lagi kayak apa."seruku sembari melihat posisi lift dilantai berapa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun