Selang waktu yang cukup lama, aku mendapat kabar mereka berselisih lagi. Gelutan kali ini bahkan lebih besar. Menurut ikan-ikan kecil yang melihat pergelutan mereka, Sura mengejar ikan dari laut sampai ke muara sungai. Menurut Baya, muara sungai masih merupakan wilayahnya. Inilah yang membuat Baya menganggap Sura melanggar kesepakatan.
Perselisihan kali ini sungguh-sungguh membuat keduanya babak belur. Tanpa keduanya menyadari dan saling bersiap menyerang, air di muara tiba-tiba sepertinya tersedot masuk ke lautan. Muara menjadi kering dan hanya berlumpur. Baya menyingir dan membuka mulutnya lebar-lebar. Ia sudah yakin akan menang kali ini.
Pada saat bersamaan ketika ia akan menyerang Sura, air itu kembali dengan begitu cepat, deras, kuat dan membawa serta balok-balok kayu dan berbagai benda yang sulit untuk diketahui lagi bentuknya. Air, baloi, dan benda-benda itu bersamaan menghempas keduanya dengan kuat. Air di sekitar muara bergerak dengan sangat cepat, berputar, dan menghanyutkan semua yang ada di sekitar.
Sura dan Baya hanyut terbawa arus ke arah yang berlawanan. Mereka tidak pernah ditemukan lagi. Sekarang cerita mengenai perselisihan mereka hanya menjadi legenda bagi manusia. Bagiku yang kehilangan kedua sahabatku, cerita ini merupakan kenanganku akan mereka.