Pada awalnya mereka sempat menolak, namun tentu saja banyak jalan menuju Roma. Saya tidak ingat persis bagaimana prosesnya. Sepertinya ada beberapa mahasiswa yang bersedia untuk mencoba bernyanyi bersama saya. Ketika mereka salah nada atau ujaran, saya memperbaiki dan kami mengulang-ulang sampai benar. Seperti larut saja, mahasiswa yang lain pun kemudian ikutan juga berdendang.
Suatu hari, saya berhasil mengatur pertemuan ramah tamah antara mahasiswa BIPA dengan mahasiswa Indonesia. Mahasiswa Indonesia kebetulan sedang mengikuti program pertukaran pelajar di Yuexiu. Selain asik berkenalan dan mengikuti dinamika permainan yang saya atur, tiba-tiba ada yang menyeletuk bagaimana kalau kita sama-sama bernyanyi "Tek Kotek".Â
Wow...bagi saya itu suatu kejutan dan saya pun langsung dengan cepat memutar video lagu tersebut. Mahasiswa BIPA dan mahasiswa Indonesia yang kebetulan juga cukup ramai, ada lima orang, tampak begitu menikmati keakraban dan bernyanyi bersama-sama mahasiswa Tiongkok.
Rupanya pengalaman berlatih menyanyi berlanjut dengan prestasi pada semester yang sama. Sekitar dua bulan setelah acara keakraban, hampir akhir semester pertama, ada kegiatan festival budaya antar-bangsa di Yuexiu.Â
Dalam festival tersebut ada kontes pertunjukan budaya. Tiga mahasiswa saya memberanikan diri untuk ikut lomba menyanyi dalam festival tersebut. Bukan lagi menyanyikan lagu Anak Ayam, tapi lagunya RAN loh, Dekat Di Hati. Wui ... canggih bukan. Â Hasilnya mereka dapat juara sebagai grup terfavorit.
Lagu memang memiliki kekuatan yang luar biasa sebagai media pembelajaran bahasa. Wui ... jadi pengen menyanyi medle sekarang, doo doo doo, tek kotek, disambung dengan Dekat di Hati. Siap-siap pasang microfon dulu. Â