Mohon tunggu...
Suka Coddo
Suka Coddo Mohon Tunggu... wiraswasta -

coddolah sebelum coddo itu dilarang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ketika Pelacur Itu Menawarkan Diri Untuk Berdansa

6 September 2011   09:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:12 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Secara kebetulan saya bertemu seorang pelacur yang belakangan kuketahui bernama Anna, ketika sedang tersesat di sebuah kota ketika saya sedang menjalankan misi kemanusiaan  korban gempa. Dengan bayaran sesuai tarif yang sering Anna patok bagi pelanggan, Anna bersedia mengantar saya menuju hotel. Mungkin karena kami sering berinteraksi dengan orang lain, dengan cepat kami bisa saling akrab.  Di dalam taksi, Anna tanpa ragu mengakui jika dirinya seorang pelacur dan menceritakan banyak sisi gelap tentang dirinya. Anna tidak keberatan jika sekiranya saya memintanya untuk ikut bermalam di hotel nanti. Apalagi, Anna mengaku jika malam itu ia sedang jenuh menerima job. "Saya bisa menemani anda, tetapi tolong jangan perlakukan saya sebagai pelacur malam ini", kata Anna sambil menatap lekat seolah ingin mencari sesuatu pada raut muka saya, "Malam ini, saya benar-benar merasa jenuh dengan hidup dan pekerjaan saya, dan saya ingin bersama seseorang untuk sekedar berbincang jika tidak keberatan." Ketika Anna menyelesaikan kalimatnya, seketika perasaan simpatik muncul dalam hati saya. Padahal, kesempatan dan situasi malam itu terbuka lebar dan bisa saja saya salah gunakan. Saya bisa saja memaksanya melayani nafsu bejat saya, mengulangi berkali-kali, bahkan bisa saja saya merampok lalu membunuhnya. Tetapi entah kenapa, dalam hati saya sama sekali tidak muncul hasrat manusiawi tersebut. Sesampai di hotel, Anna ternyata menepati janjinya. Anna tanpa ragu ikut bersama saya menuju lobi, masuk lift, kemudian membuka lalu menutup pintu hotel. Aneh! dalam keremangan lampu, ketika aroma parfum Anna menyeruak, ketika irama melankolis romantik terdengar merdu dari ponsel Anna yang ia taruh di atas meja, saya merasa betul-betul sedang tidak bersama seorang pelacur. Perlahan Anna menarik tangan saya untuk berdansa. Mata kami saling menatap, dan bibir kami saling tersenyum tipis. Sepanjang malam kami habiskan untuk berdansa, bercerita, minum jus apel, dan saya merasakan jika Anna bukan lagi seorang pelacur yang baru saja saya kenal. Anna menjelma menjadi perempuan istimewa yang secara alamiah membuat hati saya merasa tidak pantas untuk menyakitinya, apalagi sampai (maaf) memperkosanya. Keesokan harinya, Anna tidak keberatan untuk ikut bersama saya di daerah gempa. Ikut menjadi tenaga sukarela merawat dan memberi semangat kepada korban. Oh, ya! saya belum menceritakan jika kehidupan saya tidaklah lebih baik dari Anna. Ibu saya telah meninggal, Ayah saya sedang dipenjara karena kasus narkoba, dan saya telah bercerai dengan istri sejak 2 tahun lalu. Karena pertemuan saya dengan Anna yang insten setiap hari di daerah gempa, benih-benih cinta diantara kami semakin mekar. Saya berterus terang kepada Anna jika saya jatuh cinta kepadanya, dan Anna pun dengan jujur mengatakan jika ia juga mencintai saya. Pada pekan kedua di tempat gempa, seharian saya tidak menemukan Anna. Saya merasa gelisah, bertanya-tanya, dan tentu saja mencarinya ke mana-mana. Hingga pada suatu hari di minggu ketiga, saya mendapatkan sebuah kenyataan pahit. Anna memilih kabur keluar kota menuju desa terpencil seolah-olah ingin menghindari saya. "Ah, dasar pelacur! benar-benar tidak bisa dipercaya! hatinya mungkin telah mati dengan cinta." Hidup kembali berlanjut, dan saya kembali menyibukkan diri di tenda-tenda pengungsian. Meskipun demikian, bayang-bayang Anna tiada pernah jenuh mengganggu saya. Setahun kemudian, entah dari mana Anna mendapatkan alamat saya (mungkin dari nomor di ponsel saya yang sering Anna utak-atik) tiba-tiba saja Anna muncul di depan daun pintu, tersenyum tipis sambil menenteng sebuah koper. Masih dengan perasaan kesal (meskipun jujur saya senang), tiba-tiba Anna memeluk pinggang saya. Sejurus kemudian, Anna telah membunyikan irama melangkolis romantik, mengajak saya berdansa, dan mata kami kembali beradu seperti di hotel setahun yang lalu. Kami berdansa sepanjang malam, kami bercerita, dan dari cerita Anna , akhirnya saya ketahui jika Anna tiba-tiba menghilang dulu, karena ia  disekap oleh seorang ahli hukum yang pernah menangani kasus keterlibatan Anna di perusahaan tempat Anna bekerja sebelum ia memutuskan menjadi pelacur. Rupanya Anna dijebak oleh rekan kerjanya sendiri karena karir Anna dengan cepat melejit. Karena Anna tidak mampu membayar ahli hukum tersebut, tubuh Anna sebagai pengganti bayarannya. "Saya telah melayaninya bukan seperti seorang pelacur, tetapi semata-mata untuk melunasi hutang! apalagi, jika tidak saya layani, ia mengancam akan membunuhmu. Sekarang, hutang saya telah lunas dan punya banyak waktu bersamamu jika kau tidak keberatan!" bisik Anna ketika musik perlahan menghilang dan gerakan dansa kami ikut melambat. Rupanya, sejak pertemuan kami yang singkat setahun lalu,  Anna telah mengalami transformasi dari pelacur menjadi pecinta sejati. Demikian halnya saya yang pernah menganggap perempuan sebagai musuh ketika perkawinan saya gagal. Saya ikut mengalami transformasi dari pesimis menatap hidup menjadi pecinta yang haus harapan, mantap menatap masa depan yang pada akhirnya bisa menentukan hidup yang sesungguhnya bukan sebagai pecundang, melainkan sebagai seorang ksatria*** Catataan : menemukan diri, menentukan sikap dan tujuan hidup, butuh transformasi yang tidak selamanya butuh banyak waktu. Inspirasi tulisan : Buku karangan Dr. David Ryback (Tampak 10 Tahun Lebih Muda, Hidup 10 Tahun Lebih Lama) dan film Pretty Women yang dibintangi Julia Roberts dan Richard Gare. Gambar: Google.com


Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun