" Gimana boss, apa yang mesti kita lakukan pada perempuan ini." sukri, salah satu anak buah jarot memecah keheranan yang menyelimuti mereka semua.
" entah, aku gak habis pikir ia masih hidup di tengah kepungan tanah yang menindih. Sihir apa yang ada pada dirinya sehingga tetap selamat, padahal yang lain telah mati tak tersisa." Jarot masih saja menumpahkan rasa keheranannya itu. Ia memandangi wajah rusaknya dengan geleng-geleng tak percaya. Mungkin ini akan menjadi peristiwa langka dalam hidupnya.
" bagaimana kalau kita bawa saja ke markas. Kita rawat dia sampai kesehatannya pulih kembali barulah kemudian kita mintai keterangan darinya, mengapa api itu." ia ada di dalam gerbong kereta Ucap jarot seraya memberi kode pada anak buahnya untuk mengangkat tubuh perempuan yang tak berdaya itu.
" lantas bagaimana dengan pohon yang susah-susah kami tebang."
" sudah tinggalkan saja. Kita masih memiliki banyak waktu untuk hal itu."Â
Anak buahnyapun melengos kecewa lantaran jarot tak memberi izin tuk membawa kayu hasil jerih payah mereka. Mungkin perempuan itulah yang menjadi penyebab jarot buru-buru pulang. Mungkin ia takut bila tak segera dibawa pulang nyawanya akan melayang. Ah, mungkin saja!
***
Malam telah sunyi suasana semakin gelap. Hanya temaram rembulan yang setia menyambut sarah saat terbangun dari peraduannya. Ia mungkin tak sadar bahwa sudah tiga hari ia tak sadarkan diri. Jarot membawa sarah ke markasnya yang terbuat dari ayaman bambu.
Dalam masa tiga hari pula jarot beserta anak buahnya bergantian antara menjaga perempuan itu dengan mencuri kayu di tengah hutan. Baru setelah malam tiba mereka akan tidur bersama di amben yang terletak di emperan markas utama sehingga menyisakan sarah yang bingung dengan keberadaannya saat ini.
Sarahpun duduk di ranjang yang tak empuk, mengingat bahannya dari kayu dan tidak lebih. Mata ia edarkan ke langit-langit yang sekali lagi dari bambu, tapi dengan dijejali banyak jerami. Mungkin agar yang singgah tak tertusuk dinginnya udara atau mungkin agar rintikan hujan tak mampu masuk ke dalamnnya. Ah, mungkin kedua-duanya.
" ada di mana ini." rintihnya. Dari wajahnya tampak bahwa ia agak sedikit ketakutan karena dibiarkan sendirian di gubuk bambu. Sarah menarik nafas pelan tapi dalam, sebelum akhirnya merebahkan tubuh kurusnya kembali. Entah sudah berapa hari lambungnya tak merasakan asupan makanan. Nampaknya malam ini akan menjadi malam yang paling membingungkan baginya.