Karya  :  Ainul Hidayah
__________________________________________________________________.
Aku tak pulang, pada rumah yang berkata terserah lalu menyerah.
Tapi aku selalu pulang pada hati yang tersenyum ramah.
Aku tak pernah merasa istimewa.
Bahkan pada diksimu "Velona".
Aku pernah berkata, jangan ragu pada cintaku.
Lalu kau tersenyum sinis seolah semua itu ambigu dari mulutku.
Aku selalu mencintamu setiap waktu.
Kutanya pada hari yang rindu itu, aku istimewa bukan?
Tidak pungkasmu lalu!
Lalu kau membuang muka, pada aku yang terus bertanya.
"Sudah, pergilah" pungkasmu.
Kau memang berhak meloloskan diri.
Karena itu hak asasi dari Ilahi.
Tapi, jangan pernah kembali.
Dari diksiku pada Tuhan sewaktu dini hari
Dari semua rindu yang pernah kau caci maki.
Dari sucinya cintaku yang kau ciderai.
Sekali lagi, jangan pernah kau cari.
Jika suatu pagi, ketika mentari mulai meninggi.
Aku berangkat pergi.
Karena rindu dan aku, sudah tak kaupedulikan lagi.
Aku hari ini pamit pulang, karena diksiku sudah kau buang.
Terbang bersenandung bersama belalang.
Sekarang.
Aku duduk  meringkuk meniup ilalang.
Ditengah gersang tanah lapang.
Memandang banyak anak kecil bermain layang-layang.
Lalu ketika malam datang membayang.
Aku duduk bersama kunang-kunang.
Lalu kami terbang untuk mengantar rinduku pulang.
Trenggalek, 12 Desember 2020