Mohon tunggu...
Ainul Hidayah
Ainul Hidayah Mohon Tunggu... Lainnya - . .

Berbaris rapi lah bersama diksi, niscaya engkau abadi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Selamat Tinggal Teruntukmu yang Kusayang

24 November 2020   14:01 Diperbarui: 24 November 2020   15:09 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Karya : Ainul Hidayah

Kau ingat sewaktu kita pernah bertemu pada lembah edelwais, puncaknya kau berkata " aku mencintaimu tanpa pernah tetapi dan karena". Ku anggap itu semua ambigu dalam persepsiku .Lalu bersama kita tertawa renyah dalam teduh kerinduan yang mulai basah. Kita juga sempat berpesta pora merayakan rindu yang menjejal memenuhi ruang hatiku. Suatu ketika kau berkata bahwa kita tak lagi bisa bersama . Hari itu pula , aku undur diri dari kekasih hati menjadi seseorang yang pernah menemanimu menyeduh kopi.
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________.


Pada dekapan temaram .
Aku bisikkan pada malam tentang aku yang masih sedu sedan.
Ku bisikkan pada hujan rintik.
Tentang tangisku yang berisik.
Di suatu sudut malam.
Kulihat kenangan mengucapkan sampai jumpa pada deru perpisahan.
Disaat "dia" mulai melayangkan bait perpisahan.
Disini "aku" masih berusaha mendengungkan keikhlasan.
Aku masih berpijak pada prosanya dan selamanya takkan pernah beranjak.
Aku pedih.
Aku tersisih.
Pada kenangan mu yang belum bersih.
Di benakku terbentuk tanda tanya.
"Mengapa dari sekian banyak kisah cinta didunia , aku mendapat cerita cinta siti nurbaya?"
Disaat pundaknya kujadikan puncak rengkuhan.
Dari sandiwara dunia yang belum juga menemukan kesadaran.
Mengapa aku hanya dijadikan titik pelampiasan?
Malam ini , aku mengusir paksa gerimis yang datang mengemis .
Menunjuk pelupuk mata ku sebagai subjek yang strategis.
Ku mencoba ikhlas dari semua nestapa yang datang dalam bingkai cinta.
Semoga mendung hanya aku yang merasa.
Dan tentang kisah kita yang sebentar lagi kadaluarsa.

Trenggalek , 24 Nopember 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun