Mohon tunggu...
Rudy Santoso
Rudy Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Writer, Memoaris, Influencer, Property Advisor.

Rudy Akasara_Nusa Kota Malang - 1974_writer Penulis - memoaris - influencer - property advisor.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aroma Melati di Rumah Cempaka #5

14 Desember 2022   15:19 Diperbarui: 25 Desember 2022   21:13 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

*** Pesan arwah penasaran dan penghuni baru rumah joglo.

Waktu menunjukkan jam 12.10 WIB mereka keluar dari rumah nenek Edwin, setelah mereka pamit kepada nenek Edwin untuk makan siang di warung milik Tante Edwin. Mereka berencana langsung jalan-jalan ke mall, dan nongkrong di sekitar alun-alun Kota Malang. Jarak rumah nenek Edwin ke warung Tantenya yang berada di pasar Bareng, kurang lebih hanya 600 meter, atau kurang lebih 10 menit jalan kaki melewati gang yang padat pemukiman penduduk. Edwin berjalan berdampingan dengan Raka di depan, sementara Novian, Bagus, Agung, dan Heru mengikuti dari belakang.

Selang berapa menit mereka sampai di ujung gang dan sampailah mereka di jalan pasar Bareng. Dari ujung gang rumah ke warung Tante Edwin berjarak kurang lebih 100 meter, sampailah mereka di warung yang cukup besar dan ramai pengunjung. Saat jam makan siang seperti ini semua warung di pasar Bareng ini selalu ramai di padati pengunjung untuk makan siang, karena tempat yang strategis dan tidak jauh dari Masjid Jamik Bareng Kartini.

“Bentar bro, kalian tunggu di luar ya.” Edwin memberi aba-aba ke mereka, karena warung dalam keadaan ramai pengunjung. Edwin melangkah masuk dari pintu samping warung, untuk menemui tante Edwin. Kesibukan Tante Edwin dibantu dengan 2 orang yang bertugas sebagai pelayan warung dan tukang cuci piring, satu cewek yang seumuran di bawah usia mereka duduk di depan kasir.

“Eh, Mas Edwin! Wah kapan datang ke Malang, sendiri atau sama Bu De? Ma.., Mas Edwin datang!” tegur cewek yang di depan kasir. Berdiri menghampiri berjabat tangan dengan Edwin sambil berteriak memberitahu Mamanya. Edwin datang masuk dari pintu samping warung mereka.

“Iya Mirna. Mas Edwin datang tadi pagi bersama teman-teman, naik kereta terus langsung ke rumah nenek.” Jawab Edwin. Mirna adalah anak sulung Tante Edwin dari 3 bersaudara, yang kedua bernama Jaka dan Dani anak paling bungsu.

“ Eh Win, lama kamu tidak ke Malang? Bagaimana kabar bapak ibu di Madiun, sehat semua khan?” Tante Edwin menoleh ke arahnya, sementara sambilan sibuk melayani pesanan makan siang para pengunjung warung.

“Alhamdulillah Te. Semua keluarga di Madiun sehat, ibu belum libur mengajar dan bapak juga sibuk dikantor. Wah, makin ramai saja pengunjung warungnya Te, banyak pelanggan nih.” Edwin menjawab.

“Alhamdulillah,Win. Nenekmu sehat ya? Tante 2 hari ini belum sempat ke rumah nenek karena banyak sekali pesanan, Jaka yang tak suruh antar makanan ke Nenek setiap hari.” Tante Edwin bertanya keadaan Neneknya.

“Alhamdulillah Nenek sehat Te. Nenek juga cerita kalau Tante setiap hari siapkan keperluan makannya. Tetapi kenapa ya Te, Nenek tidak mau ikut Tante atau Om Totok? Padahal rumah Tante dan Om Totok khan dekat? Jawab Edwin sambil bertanya tentang neneknya.

“Ah, Nenekmu memang begitu Win. Susah sekali, berapa kali Tante dan Om Totok membujuk nenek untuk tinggal bareng, biar ada yang merawat setiap hari dan nenek tidak tinggal sendirian!” Jawab Tante Edwin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun