Mohon tunggu...
Akmalul Imdad
Akmalul Imdad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kekerasan dalam Lingkup Sekolah Mengindikasikan Kurangnya Optimalisasi Bimbingan Konseling

9 November 2023   02:10 Diperbarui: 9 November 2023   03:42 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di tulis oleh : MUKHAMMAD AKMALUL IMDAAD

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

Kejahatan kekerasan tidak pernah lenyap dari keberadaan manusia sepanjang masa karena kejahatan tidak mungkin di tiadakan sama sekali selama manusia hidup bermasyarakat. Namun hal itu dapat di kurangi dengan mencegah perluasan dari tindak kejahatan. Jadi, tidak mustahil bagi manusia untuk melakukan kesalahan kesalahan yang di lakukan, baik itu secara sengaja maupun tidak sengaja, yang dapat merugikan orang lain dan melanggar hukum, kesalahan itu dapat berupa suatu pidana. Kejahatan kekerasan dapat terjadi dimana saja, tak terkecuali di sekolah yang melibatkan murid, guru dan staf sekolah yang tentu saja mengganggu proses pengajaran dan pembelajaran.

Menurut data kementrian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, dalam periode 1 januari -- 27 september 2023 ada 19.593 kasus kekerasan yang tercatat di seluruh Indonesia. Angka tersebut merupakan jumlah kasus real time pada periode pembaruan data pukul 14.35 WIB. Kementrian Pendidikan, kebudayaan, riset dan teknologi (kemendikbudristek) mencatat bahwa sepanjang tahun 2021 hingga 2023 telah terjadi 127 kasus di sekolah yang tercatat.

Salah satu faktor yang menjadi penyebab kekerasan dan penganiayaan di sekolah adalah muatan konten negatif yang tersebar di media sosial, seperti video video tawuran, perkelahian, penindasan, diskriminasi dan lain sebagainya. Karena siswa atau mahasiswa cenderung memiliki emosi yang labil dan menganggap bahwa menindas adalah suatu hal yang keren. 

Hal lain yang dapat memicu kekerasan di sekolah adalah problem pribadi siswa, seperti masalah keluarga, konfrontasi dengan teman atau masalah finansial. Karena alasan yang sama yakni emosi yang labil, sehingga siswa tersebut melampiaskan emosi secara brutal. Dan juga banyak orang merasa bahwa pengaiayaan adalah jalan yang paling cepat dalam menuntaskan rasa sakit hati.

Hampir setiap kasus kekerasan di jenjang sekolah di latar belakangi emosi yang tak terarahkan dengan baik. Bisa kita lihat contohnya dalam kasus yang terjadi di kabupaten Bima, dimana ada seorang siswa yang menganiaya gurunya karena siswa tersebut tidak berada di kelas saat jam pelajaran berlangsung. Ternyata siswa tersebut didapati sedang merokok dengan siswa lainnya. Lantaran tidak terima di tegur oleh gurunya, siswa tersebut mendatangi gurunya dan memukulnya di bagian wajah. Akibatnya guru tersebut mengalami luka lebam di bagian pipi. 

Seakan perbuatannya tersebut bukanlah hal yang penting, kasus tersebut berakhir damai dengan siswa yang meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi dan guru dengan ikhlas menerima permintaan maaf siswa. Bukan bermaksud memprovokasi, tapi kejadian ini sungguh ironis. Hanya karena di tegur, siswa tersebut memukul gurunya. Itu menunjukkan rasa keegoisan yang tinggi. Bertambahnya keegoisan anak muda saat ini karena pergaulan yang bebas dan juga kurangnya bimbingan karakter siswa menjadikan pemuda sekarang menjadi "preman" arogan. rentetan kasus yang melibatkan anak usia sekolah telah menimbulkan kekhawatiran terhadap masa depan generasi penerus bangsa.

Semua ini menunjukkan kurangnya keberhasilan yang di capai oleh Lembaga sekolah dan Pendidikan yang memiliki peran penting dalam memberikan ilmu pengetahuan dan menjadi wadah untuk meningkatkan kualitas seseorang.

Digitalisasi yang semakin masif, menjadikan setiap informasi sangat mudah diakses, berdampak pada pembentukkan karakter pemuda bangsa ini. Mereka yang bisa memanfaatkan digitalisasi saat ini, maka akan memberikan hal hal positif, begitupun sebaliknya. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi para Pendidik di era kini.

Lantas untuk mengantisipasi agar kasus serupa tidak terulang lagi, maka di butuhkan arahan dan bimbingan yang lebih intensif dari seluruh elemen masyarakat, terutama orang tua dan guru. Agar selalu mengedepankan akhlakul karimah, mengajarkan sopan santun dan budi pekerti yang baik dalam sikap, perilaku dan ucapan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun