Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Politisasi Ayat Suci untuk Kepentingan Tidak Baik

17 September 2022   17:10 Diperbarui: 17 September 2022   17:17 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pancasila - jalandamai.org

Seperti kita tahu, seiring dengan kemajuan teknologi informasi, seringkali informasi dengan berbagai macam bentuknya bertebaran di dunia maya. Dan kita sebagai masyarakat yang hidup di era teknologi, tentu bisa memanfaatkannya untuk kepentingan yang kita inginkan. Hal ini lah yang kemudian disalahgunakan oleh oknum tertentu, untuk menyebarluaskan bibit radikalisme dan dan intoleransi di media sosial.

Tak jarang para penyebar informasi menyesatkan tersebut, menggunakan ayat suci untuk mendapatkan dukungan publik, atau untuk membelokkan isu sesuai yang diinginkan. Misalnya, ketika tahun politik ada calon yang beragama non muslim. Lalu diframing bahwa calon yang dari non muslim dianggap kafir. Lalu, dimunculkan ayat yang menjelaskan tentang kafir harus dihukum dan lain sebagainya. Akibatnya, diskriminasi dan intoleransi sering terjadi jika berbicara mengenai non muslim.

Sementara, faktanya adalah Indonesia merupakan negara dengan penuh keberagaman. Perbedaan agama sudah ada sejak sebelum negeri ini ada. Bahkan ketika Islam masuk ke Jawa melalui Wali Songo, masyaraktnya ketika itu sudah menganut Hindu, Budha dan aliran kepercayaan. Dari beberapa peninggalan sejarah banyak menjelaskan mengenai hal tersebut. Dan sudah bertahun-tahun, kita semua bisa hidup berdampingan dalam keberagaman, melalui semboyan bhineka tunggal ika. Bertahun-tahun kita bisa hidup berdampingan dengan tetap mengedepankan Pancasila, melalui negara kesatuan republik Indonesia.

Karena itulah, jangan mudah percaya dengan konsep yang dibangun oleh kelompok radikal, yang menganggap pemerintah tidak berpihak pada muslim, umat muslim tertindas dan segala macamnya. Ingat, tidak ada satupun aturan di negeri ini yang membatasi masyarakat dalam hal beribadah. Bahkan undang-undang menjamin masyarakatnya untuk bebas memeluk agama berdasarkan keyakinannya.

Ironisnya, masih saja kita temuka adanya pelarangan pendirian tempat ibadah di daerah. Masih saja ada diskriminasi yang dialami oleh kelompok minoritas. Sebut saja seperti yang dialami oleh kelompok Ahmadiyah, yang terus mendapatkan diskriminasi dimanapun berada. Di tahun politik, umumnya muncul pandangan bahwa umat non muslim tidak boleh menjadi pemimpin.

Menurut Quraish Shihab dalam tafsir Al Misbah, larangan tersebut sesungguhnya tidak bersifat mutlak. Kelompok non muslim yang bisa hidup damai dengan umat muslim dan umat beragama yang lain, pada dasarnya juga mempunyai hak yang sama. Jadi jangan lagi gunakan ayat-ayat suci, untuk mendiskreditkan seseorang atau kelompok yang berbeda. Karena pada dasarnya tidak ada agama yang mengajarkan untuk menebar kebencian dan diskriminasi.

Mari menyebarkan narasi perdamaian, yang bisa merangkul keberagaman. Indonesia sangat kaya akan kearifan lokal, yang bisa dijadikan acuan dalam kehidupan bermasyarakat. Kearifan lokal ini tidak pernah mengajarkan mayoritas atau minoritas, tidak pernah mengajarkan agama yang satu paling benar. Kearifan lokal justru mengajarkan untuk saling menghargai, tolong menolong antar sesama. Dan seperti itulah semestinya kita. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun