Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stop Narasi Islamophobia, Mari Bersatu dalam Keberagaman

4 September 2022   06:39 Diperbarui: 4 September 2022   06:43 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Satu - kompas.com

Indonesia dikenal sebagai negara muslim terbesar di dunia. Namun sungguh ironis, narasi islamophobia justru marak di negeri yang mayoritas muslim ini. 

Kelompok radikal terus menebar narasi islamophobia, karena ingin menyebarkan bibit radikalisme. Narasi islamophobia seringkali menyudutkan pemerintah, karena dianggap tidak berpihak pada umat mulsim yang mayoritas. 

Pemeritah dianggap tidak islami dan segala macamnya. Apalagi ketika ada salah satu tokoh agama yang ditangkap karena dugaan ujaran kebencian atau tindak pidana, sentimen yang dimunculkan adalah pemerintah melakukan kriminalisasi terhadap ulama. Dan hal tersebut sering terjadi di Indonesia.

Kalau dipikir secara logika, apa iya pemerintah mendiskriminasikan ulama? Apa iya kebijakan pemerintah tidak berpihak pada mayoritas masyarakat Indonesia yang muslim? 

Ribuan masjid tersebar dari Aceh hingga Papua, apakah itu bukan bagian dari bentuk keberpihakan? Diberikannya akses seluas-luasnya untuk ceramah, ibadah dan lain sebagainya apakah itu bukan bentuk dukungan? 

Bahkan undang-undang pun memberikan jaminan. Mari kita berpikir logis. Jangan lagi gunakan sentimen islamophobia di negeri ini.

Sebentar lagi akan memasuki tahun politik, kita semua harus waspada. Karena pada umumnya sentimen islamophobia ini akan muncul sangat masif. Pengalaman sudah menunjukkan. Ketika tahun politik, ada saja yang menggunakan sentimen islamophobia untuk menjatuhkan pasangan lawan dan untuk mendapatkan simpati masyarakat. 

Praktek semacam ini semestinya tidak perlu terjadi lagi. Dan masyarakat juga harus cerdas, harus bisa membedakan mana informasi yang benar mana yang menyesatkan. Disinilah pentingnya untuk memperkuat literasi.

Islamophobia hanya akan memperkuat politik identitas berbasis agama. Dengan digunakannya sentiment keagamaan di panggung politik, untuk menunjukkan bahwa pihak yang satu terkesan anti Islam dan yang satu terkesan pro Islam. Sekali lagi, apakah ada kebijakan negara yang anti terhadap agama tertentu? Jawabnya tidak. Semuanya mendapatkan hak, kewajiban dan kesempatan yang sama.

Mari kita hilangkan ego pribadi, ego kelompok, dan bentuk egoisme yang lain. Bukankah kita diciptakan Tuhan saling berbeda? Bukankah pula Indonesia adalah negara yang penuh dengan keberagaman? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun