Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pandemi, Protokol Kesehatan, dan "New Normal"

30 Mei 2020   04:53 Diperbarui: 30 Mei 2020   04:59 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak Maret 2020, virus corona yang menyerang sejumlah negara masuk ke Indonesia. Ketika itu, jumlah pasien positif berjumlah 2 orang. Dalam waktu yang relative singkat, jumlah orang yang positif terus meningkat.

Per 30 Mei 2020 saja, ada penambahan 678 kasus baru. Sehingga total kasus positi covid mencapai 25.216 kasus. Sementara jumlah yang dirawat mencapai 17.204, meninggal 1,520 dan sembuh 6,492. Peningkatannya sungguh sangat signifikan.

Karena peningkatan yang cepat tersebut, perlu ada upaya untuk melakukan pencegahan. Ketika itu banyak negara memutuskan melakukan 'lockdown' atau mengisolasi diri untuk meredam penyebaran virus. Karena penyebaran virus memanfaatkan interaksi antar manusia. Karena itulah manusia dianjurkan untuk tidak banyak melakukan aktifitas di luar rumah.

Sementara Indonesia sendiri, tidak menerapkan lockdown, namun memberlakukan pembatasan sosial berskala besar alias PSBB. Pemberlakuan ini langsung mendapatkan reaksi masyarakat. Pro dan kontra pun terjadi, namun hal ini harus dilakukan untuk menekan kasus positif.

Menjelang lebaran, keluar aturan larangan mudik. Pro dan kontra pun kembali terjadi. Masih saja ada masyarakat yang tetap memaksa pulang. Dan hasilnya, jumlah kasus positif di luar Jakarta meningkat signifikan.

Kini, wacana pelonggaran PSBB bergulir menuju pada kondisi 'the new normal'. Pro kontra pun kembali terjadi. Masyarakat khawatir jika dilonggarkan, jumlah kasus positif makin tidak terkendali. Apalagi penambahan kasus baru masih rata-rata diatas 500 kasus.

Aksi dan reaksi yang terjadi selama pandemi, memang sering terjadi.  Namun satu hal yang perlu kita ingat. Karena pandemi ini telah membuat perubahan perilaku semua masyarakat berubah. Yang awalnya abai dengan cuci tangan, kini masyarakat menaruh tempat cuci tangan di depan rumahnya.

Jika dulu abai untuk menjaga imun, kini semua masyarakat berusaha untuk menjaga imunnya. Dulu banyak orang malas pakai masker, sekarang mau tidak mau kemana-mana harus memakai masker.

Perubahan baik ini semestinya tetap kita jalankan di tengah pandemi covid-19 ini. Kenapa perlu dilakukan? Karena tidak mungkin kita akan terus berada di dalam rumah. Tidak mungkin juga terus-terusan ada pembatasan.

Jika ini dilakukan, perekonomian akan terkena imbasnya dan bisa mengancam pada krisis ekonomi. Karena itulah, tetap mengedepankan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari merupakan sebuah keniscayaan yang harus dijalankan.

Mengubah perilaku di tengah pandemi ini, merupakan bentuk adaptasi kita dalam menghadapi covid-19. Hal ini penting dilakukan karena vaksin virus ini belum ditemukan. Perubahan perilaku ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun di seluruh dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun