Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pemuda Punya Peran Vital Menangkal Bibit Radikalisme

30 Oktober 2019   07:32 Diperbarui: 30 Oktober 2019   08:00 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lawan Radikalisme - jalandamai.org

Indonesia mempunyai sejarah yang perlu kita ingat tentang sepak terjang para pemuda ini. Kemerdekaan Indonesia tak bisa dilepaskan peran para pemuda. Reformasi tak akan terjadi tanpa peranan para mahasiswa yang menjadi bagian dari generasi muda. Bagaimana dengan era milenial sekarang ini? Adakah peran positif para pemuda? 

Tentu ada. Tapi tidak sedikit dari generasi milenial yang menjadi korban, menjadi pelaku, apatis, dan lain-lainnya. Namun negeri ini butuh semangat pemuda, untuk bisa menghasilkan inovasi baru bagi negeri ini.

Beberapa waktu lalu, publik dikejutkan dengan adanya anak muda yang menjadi menteri dan wakil menteri di jajaran kabinet Indonesia Maju. Publik berharap generasi muda ini mempunyai gebrakan dan kebijakan yang inovatif. Generasi muda diharapkan tidak lagi birokratif dan konvensional. Generasi muda diharapkan bisa menghadirkan terobosan baru, yang bisa bermanfaat untuk kepentingan yang lebih luas.

Hal yang sama, diharapkan juga bisa terjadi dalam upaya menangkal bibit radikal yang saat ini marak terjadi di dunia maya. Pemuda mempunyai peranan yang sangat vital, dalam menangkal bibit radikal tersebut. Kenapa? Karena generasi muda banyak yang akan dijadikan korban oleh kelomok radikal, agar propaganda radikalisme terus berjalan, agar regenerasi dikalangan kelompok intoleran ini tetap berjalan. Lalu, apakah kita sebagai generasi muda tetap diam?

Harapannya tidak. Karena sejarah telah mengajarkan kepada kita semua, bahwa pemuda mempunyai peranan penting dalam hal apapun. Bahkan seorang Soekarno pernah mengatakan, dengan 10 pemuda bisa mengguncang dunia. Jika mempunyai komitmen dan tekad yang kuat, segalanya akan bisa diwujudkan. Termasuk menangkal bibit radikalisme dan intoleransi.

Era milenial yang penuh dengan kemajuan teknologi informasi ini, bisa digunakan untuk menyebarkan pesan-pesan yang inspiratif, menyatukan dan memberikan kesejukan. 

Selama ini, media sosial banyak dihiasi ujaran kebencian, ujaran penuh cacian, dan provokasi yang mengatasnamakan SARA dan lainnya. Untuk meredam itu semua, generasi muda harus aktif menebarkan pesan positif. Bisa berawal dari menuliskan status yang menyejukkan, mengunggah tulisan, gambar atau video yang bisa menjadi perekat keragaman. Bukan pesan yang bisa menceraiberaikan keragaman yang ada.

Beberapa waktu yang lalu, ratusan pemuda di kota Bandung, mengikuti sekolah Pancasila. Sekolah ini dilakukan agar para pemuda bisa menangkal isu radikalisme di dunia maya. 

Gerakan semacam ini bisa dilakukan oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Ruang diskusi tentang Pancasila, tentang kearifan lokal, kegotong royongan harus sering dimunculkan. Baik itu di lingkungan keluarga, sekolah, kampus, tempat kerja, atau pun media sosial. 

Mari kita saling mengingatkan. Mari kita saling berlomba berbuat kebaikan. Karena Indonesia mempunyai nilai-nilai positif, yang bisa diimplementasikan dalam kehidupan nyata ataupun maya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun