Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melawan Kebencian dan Kebohongan Dunia Maya

8 Januari 2019   07:26 Diperbarui: 8 Januari 2019   08:46 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dunia Maya - www.idntimes.com

Perkembangan teknologi informasi telah membuat aktifitas di dunia maya terus meningkat. Dan jumlah pengguna internet di Indonesia setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2017, penetrasi jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 143,26 juta jiwa atau setara dengan 54,68 persen dari jumlah populasi masyarakat Indonesia sebesar 262 juta orang. 

Angka ini didasarkan dari hasil survei tahun 2017. Bisa jadi tahun sekarang ini sudah mengalami peningkatan. Banyaknya pengguna internet di Indonesia inilah, membuat pengguna media sosial di Indonesia juga terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Kemajuan teknologi juga menawarkan berbagai kemudahan bagi masyarakat yang beraktifitas di dunia maya. Berbagai aktifitas bisa kita lakukan disini. Mulai mendapatkan teman, mencari informasi yang diinginkan, aktifitas jual beli, mencari pekerjaan, menuangkan ekspresi dan argumentasi, dan masih banyak lagi. 

Sayangnya, kemajuan yang ditawarkan tersebut tidak sepenuhnya digunakan secara baik oleh sebagian oknum masyarakat. Dunia maya juga menjadi sarang berkembangnya ujaran kebencian dan hoax. Bahkan, kelompok radikal juga menggunakan internet untuk melakukan propaganda, mencari anggota, mencari dana, hingga menebar teror di berbagai negara.

Di tahun politik ini, dunia maya juga menjadi tempat favorit bagi timses pasangan calon, untuk melakukan kampanye. Berbagai publik figur, influencer, hingga buzzer dikerahkan untuk mendapatkan simpati publik. Sayangnya, cara yang dilakukannya pun tidak sepenuhnya elegan. Ada kampanye yang sifatnya positif, ada kampanye negatif tapi disertai data, bahkan ada kampanye negative tanpa data serta kampanye hitam yang didasarkan pada hoax. Semuanya itu terjadi Indonesia di tahun politik ini.

Penyebaran kebencian dan kebohongan di tahun politik ini, dikhawatirkan bisa mengganggu kerukunan yang telah ada. Kenapa bisa? Karena sentimen SARA seringkali mulai disusupkan disetiap hoax yang diciptakan. Setelah itu sentimen kebencian terus berkali-kali dimunculkan. Akibatnya, potensi konflik ditengah masyarakat berpotensi terjadi. 

Masyarakat bisa saling membenci hanya karena persoalan latar belakang. Sementara pembahasan ditataran ide, gagasan dan program nyaris tidak terlihat sepanjang masa kampanye. Sempet beberapa kali diskusi tentang ekonomi, tapi banyak informasi yang muncul justru tidak berdasarkan data.

Mungkin kita masih ingat bagaimana kebohongan yang menghebohkan yang dilakukan oleh Ratna Sarumpaet di awal kampanye. Kebohongan itu mungkin dimaksudkan untuk mendiskreditkan kubu petahana, karena tidak mampu melindungi warga negara. Tidak sedikit masyarakat yang tertipu karena tidak dibekali dengan literasi yang baik. 

Bahkan, banyak para elit politik yang awalnya mencaci, kemudian ramai-ramai meminta maaf setelah terbukti bohong. Pekan kemarin, kembali muncul hoax tentang adanya 7 kontainer berisi surat suara yang telah tercoblos salah satu paslon. Jagad maya kembali bergejolak dan ramai membicarakan tentang kabar tersebut. Setelah KPU mendatangi lokasi, ternyata diketahui bahwa kabar tersebut hoax.

Lalu, mau sampai kapan kita menebar hoax dan kebencian? Ayolah stop memproduksi hoax dan kebencian untuk menarik simpati publik. Ingat, dibalik kegaduhan politik dan ancaman perpecahan di tengah masyarakat, berpotensi didomplengi oleh pihak-pihak tak bertanggungjawab, seperti yang sering dilakukan oleh kelompok radikal. 

Untuk itulah, mari kita kuatkan komitmen bersama, untuk terus melawan segala bentuk ujaran kebencian dan hoax yang secara sengaja disebarkan di dunia maya. Lawanlah bukan dengan carai balik mencaci, tapi lawanlah dengan pesan perdamaian. Lawanlah dengan data dan fakta. Lawanlah dengan informasi yang mencerdaskan bukan menyesatkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun