"Kocok Ulang Kabinet Merah Putih: Apakah Ini Titik Balik Optimisme Bangsa?"
Awal yang Mengejutkan: Reshuffle Kabinet Merah Putih
Pada 8 September 2025, Presiden Prabowo Subianto melakukan reshuffle kabinet yang mengguncang kursi Menteri Keuangan. Sri Mulyani Indrawati, figur kredibel yang telah menahkodai keuangan Indonesia di bawah tiga presiden dan menjadi tulang punggung dalam reformasi perpajakan serta penanganan krisis ekonomi, dicopot. Ia digantikan oleh Purbaya Yudhi Sadewa---ekonom yang sebelumnya memimpin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan berpengalaman dalam berbagai kementerian ekonomi (Reuters, AP News).
Reshuffle ini merupakan respons terhadap gelombang protes nasional selama dua minggu yang menuntut sistem perpajakan lebih adil---gelombang ketidakpuasan yang satu titiknya berujung pada penjarahan kediaman Sri Mulyani oleh perusuh. Dampaknya langsung dirasakan di pasar: indeks saham terpangkas antara 1--1.3 %, sementara rupiah relatif stabil meski sempat menguat sebelumnya (Reuters, AP News).
Ini bukan kali pertama Kabinet Merah Putih bergeser. Reshuffle sebelumnya terjadi pada Februari 2025 saat Satryo Soemantri Brodjonegoro dicopot dari kursi Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, digantikan oleh Brian Yuliarto---mantan wakil rektor & dosen ITB (UrbanJakarta.com - Urban Media Kreasi, Kompas).
Apakah Ini Menumbuhkan Optimisme?
Harapan Baru atau Gejolak Kepercayaan?
Harapan Reformasi -- Penempatan Purbaya, ekonom dengan rekam jejak di sektor keuangan negara, dimaknai sebagai langkah restart. Momentum ini bisa mendorong kebijakan fiskal yang lebih progresif, dengan sensitivitas terhadap isu protes publik dan tekanan sosial-ekonomi.
Risiko Ketidakpastian -- Namun, peralihan mendadak dari tokoh mapan seperti Sri Mulyani dapat meredam kepercayaan pasar dan mitra internasional. Memang rupiah stabil, tetapi reaksi pasar saham mencerminkan keragu-raguan awal terhadap arah kebijakan yang baru.
Pertaruhan Sosial--Politik -- Pemerintah tampaknya berusaha menyeimbangkan tuntutan rakyat dan dinamika politik internal. Di satu sisi, pencopotan pejabat senior bisa dianggap sebagai sinyal keseriusan. Di sisi lain, rakyat menunggu bukti nyata---apakah reformasi benar-benar pro-rakyat, bukan sekadar meredam gejolak?