Mohon tunggu...
Satrya Muin
Satrya Muin Mohon Tunggu... teacher, author

Menulislah agar kamu menjadi abadi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Manula Kembar Siam

16 Juni 2025   20:40 Diperbarui: 16 Juni 2025   18:46 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Manula Kembar Siam (Sumber koleksi pribadi desain penulis)

“Kalian bukan… bukan anak kandung kami,” Lina melanjutkan dengan suara yang nyaris tak terdengar, tapi cukup membuat jantung keempatnya mencelos.

“Kami menemukannya… kalian… di surau. Kami tak tahu siapa orang tua kalian. Tapi kami tahu… Allah menitipkan kalian untuk kami rawat. Dengan cinta. Dengan seluruh hidup kami…”

Keheningan yang jatuh seperti daun kering itu pecah oleh isak. Tapi tak ada amarah. Tak ada tanya. Hanya pelukan yang mengetat.

“Kami... mungkin tak sempurna… tapi kami selalu… mencintai kalian seolah kami melahirkan kalian dengan air mata…”

Tangis mereka bergema pelan di ruang perawatan. Seorang perawat menyeka air mata dengan tangan gemetar.

Lina mulai mengucap, dengan suara hampir habis, “La ilaha…”

Sina menyambung dengan lemah, “…illallah…”

Mereka mengucap kalimat itu sekali lagi. Bersamaan. Bersahutan. Seperti doa yang menembus langit.

"La ilaha illallah…"

Lalu detak jantung berhenti. Mesin berhenti berbunyi. Tapi cinta tidak.

Keempat anak itu tidak hanya menangisi kepergian dua wanita tua. Mereka menangisi gugurnya dua pohon kasih, dua matahari kecil yang telah menghangatkan hidup mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun