Mohon tunggu...
Mudzakkir Abidin
Mudzakkir Abidin Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang suka menulis

Menulis adalah sumber kebahagiaan. Ia setara dengan seratus cangkir kopi dalam menaikkan dopamine otak. Jika kopi berbahaya jika berlebihan dikonsumsi, namun tidak dengan tulisan, semakin banyak semakin baik buat otak.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stop Making Stupid People Famous

3 Agustus 2022   09:06 Diperbarui: 3 Agustus 2022   09:13 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Anda mungkin sering mendengar orang-orang yang terkenal karena kontroversi bukan prestasinya. Dan faktanya, sebagian orang memang merencanakan bahkan mengatur hal tersebut sebagai jalan pintas menuju viral.

Anda tak suka orang-orang bodoh itu viral dan terkenal, tapi ironisnya Anda menontonnya lalu mengomentarinya. Anda tak suka pada sesuatu, tapi mengapa Anda malah suka menontonnya. Itu karena rasa penasaran, lalu muncul keinginan untuk mengingkarinya dengan komentar, sanggahan, atau pun semisalnya.

Jika Anda tak suka pada mereka, jangan menontonnya, jangan mengomentarinya. Cukup diamkan saja. Jangan bagikan meski dengan caption "tak suka sama mereka."

Karena orang-orang bodoh itu tak peduli kamu hina sekali pun asal mereka engkau tonton saja.
Dan sayangnya, teknologi belum bisa mendeteksi siapa yang kamu benci hingga bisa menyembunyikannya darimu. Malah algoritmanya adalah ia akan mencarikan hal-hal serupa yang pernah kamu tonton, tak tahu kamu suka atau tidak.

Mengapa orang-orang C*taye* (misalnya) menjadi terkenal? Saya curiga penyebab lebih besarnya adalah orang-orang tak suka pada mereka datang mengunjungi berita tentang mereka, kepo, meninggalkan komentar sinis di sana. Lalu muncullah ia di fyp. Jika sudah muncul di situ, akan virallah ia. Jadi sumbangan keterkenalan mereka justeru lebih banyak datang dari orang-orang yang membenci mereka dibanding orang-orang yang menyukai mereka.

Saya ulangi lagi, diamkan, jangan mengomentari, jangan bereaksi, jangan membahas, jangan membagikan meski dengan tujuan tertentu. Itulah cara efektif untuk membuat mereka tak terkenal.

Lalu tulisan ini bagiamana? Bukankah ini juga bisa menjadi saham keterkenalan mereka? Apa boleh buat. Tak ada cara lain kecuali dengan menulisnya di sosmed untuk saling mengingatkan meski saya berusaha menyembunyikan indentitas mereka demi meminimalisir "bantuan" itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun