Kita patut bersyukur bahwa anak sepertinya yang telah ditempa dengan ilmu agama, nasihat, kajian, selama beberapa tahun di Spidi, ternyata semua itu memberi pengaruh pada kehidupannya yang positif khususnya pada akhlak dan ibadahnya hingga akhirnya ketika kehidupan di luar sana tak sesuai dengan prinsip dan agamanya, hati nuraninya memanggilnya untuk kembali belajar di pesantren. Kembali ke Spidi lagi. Come back Home.
Apa yang terjadi pada Nabila bukanlah hal yang baru. Teman-temannya, kakak, mau pun adik kelasnya yang meninggalkan Spidi untuk belajar di luar juga merasakan hal yang sama. Mereka merasa kecele. Ternyata apa yang mereka idam-idamkan dari kebebasan dan kesenangan itu bersifat fana dan sementara
Diakui atau tidak, pendidikan agama di pesantren bagi anak wanita itu bisa menjaga kehormatan dan kemuliaannya. Menjaga ibadahnya. Dan Menjaga akhlaknya. Yang tentunya kelak dapat membentuk karakternya sebagai ibu yang baik untuk anak-anaknya. Dan itu jauh lebih mahal dibanding apa pun dari kesuksesannya yang bersifat duniawi.
"Satu hal yang paling saya sadari sejak berada di luar. Bahwa aturan dan keterikatan di pesantren itu ternyata sangat sangat baik untuk saya. Itu baru terasa saat kehilangan." Tutur Nabilah dengan suara penuh penyesalan.
"Saya dulu memimpikan teman-teman yang seru di luar sana, ternyata mereka tidak seseru teman-temanku di pesantren. Di sini, semuanya seperti saudariku. Jika di rumah saya hanya punya beberapa saudara, di sini saya punya ratusan dan hebatnya mereka semua baik dan shalihah." Tambahnya lagi.
Kini kami mengerti apa yang ia rasakan. Kami tahu mengapa hati nuraninya bergerak memanggilnya untuk belajar agama lagi di sini (baca : Spidi). Apalagi jika bukan karena Allah masih menjaganya. Alhamdulillah.
Obrolan kami yang hampir sejam tak terasa. Banyak pelajaran dan inspirasi yang kami dapatkan dari gadis ini.
Terima kasih, Nabila.
Semoga kisahmu ini bisa  menginspirasi teman-teman dan para orang tua.