Mohon tunggu...
Mudzakkir Abidin
Mudzakkir Abidin Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang suka menulis

Menulis adalah sumber kebahagiaan. Ia setara dengan seratus cangkir kopi dalam menaikkan dopamine otak. Jika kopi berbahaya jika berlebihan dikonsumsi, namun tidak dengan tulisan, semakin banyak semakin baik buat otak.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Marsya dan Takdirnya yang Ia Syukuri

3 Maret 2022   11:04 Diperbarui: 3 Maret 2022   11:24 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth


Jarum jam menunjukkan pukul 11.20 WITA. Waktunya untuk istirahat kedua bagi para siswi Spidi. Sebagian siswi biasanya memanfaatkan waktu untuk qailulah (tidur menjelang dhuhur mencontoh sunnah Nabi), sebagian lainnya memilih berbelanja di kantin.

Kami telah membuat janji dengan Marsya Choisah Tanasya, siswi kelas VIII Sains untuk mengobrol di Bakso Santri sembari mencicipi mie ayam dan es teler Sadiq.

Saat kami tiba, warung Bakso Santri Spidi sudah padat pelanggan. Meja-meja hampir penuh terisi pembeli yang kebanyakan adalah para siswi Spidi berseragam paduan kerudung segitiga berwarna merah jambu polos dengan baju panjang dan rok kotak-kotak berwarna merah jambu bergaris hitam. Kecuali satu meja yang diisi oleh satu keluarga dari luar kampus.

Untungnya masih ada meja kosong. Kami memesan menu mie ayam, sementara Marsya memilih menu es teler. Sembari menunggu pesanan, kami berbincang.

Siswi berkaca mata di depan kami ini sudah berada setahun setengah di Spidi. Ia memilih jurusan Sains. Satu dari empat jurusan yang tersedia di Spidi, yakni jurusan Tahfidz, Tarbiyah, Bahasa, dan Sains sendiri.

"Saya ingin menjadi dokter. Tentu jurusan sains akan membantu saya mewujudkan cita-citaku." Jawab gadis kelahiran Banggai Kepulauan ini ketika ditanya alasan memilih jurusan Sains.

Ia mengisahkan cerita awal masuk Spidi. Sebenarnya oleh orang tuanya, ia diberi pilihan dua sekolah. Spidi dan satu lagi sebuah sekolah swasta terkenal di Makassar. Namun pilihannya jatuh pada Spidi setelah melakukan kunjungan pada keduanya.

"Tak sulit untuk memilih. Lingkungan yang bersih, suasana yang asri, dan banyak pepohonan hijau yang rindang membuatku sangat terkesan pada Spidi. Apalagi ada fasilitas kolam renangnya. Saya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama." Ujar anak kedua dari tiga bersaudara ini.

Menurut gadis remaja pengagum Ali bin Abi Thalib ini, harapan orang tuanya dengan memasukkannya ke Spidi tak begitu muluk-muluk. "Orang tuaku hanya ingin aku bisa menjaga shalatku dan bisa selalu mendoakan keduanya." Ujarnya dengan suara pelan.

Putri dari bapak Salim J. Tanasa, wakil bupati kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah ini mengungkapkan hal terfavorit baginya selama belajar di Spidi. Yakni pembelajaran di Spidi yang terintegrasi dengan teknologi internet menggunakan Chrome Book. Karena itu membuat proses pembelajaran di kelas menjadi sangat menyenangkan.

Choi, begitu Marsya biasa dipanggil di asrama, mengakui pembelajaran menggunakan media CB belum tentu ia bisa temukan di sekolah lain. Ini adalah pengalaman belajar paling mengesankan baginya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun