Mohon tunggu...
Akhsin Muamar
Akhsin Muamar Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang lelaki yang terus berusaha melakukan hal terbaik untuk keluarga, masyarakat, bangsa dan umat manusia....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Parni Hadi in My Mind: Pembela Dhuafa dan Disabilitas

18 Maret 2014   20:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:47 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kiprahnya di dunia jurnalistik sudah banyak dikenal orang. Hampir dua pertiga hidupnya dihabiskan untuk menjelajah dunia kewartawanan. Sejak berkarier di Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara pada tahun 1973, Parni telah melanglangbuana ke berbagai penugasan dan jabatan. Sempat menjadi reporter yang bertugas di Istana Negara, pria berbadan tegap itu lalu menjadi kepala redaksi Inggris di LKBN Antara pada 1986.

[caption id="attachment_327190" align="aligncenter" width="300" caption="Sosok Pak Parni Hadi adalah Guru bagi Penulis"][/caption]

Ketokohan Parni kian dikenal orang sejak menjabat sebagai pemimpin umum dan pemimpin redaksi koran baru bernama Harian Umum Republika. Koran yang terbit sejak 4 Januari 1993 itu berada di bawah kendali ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia). Lima tahun kemudian Parni tak lagi menjabat sebagai Pemimpin Redaksi dan sepenuhnya berkonsentrasi sebagai Pemimpin Umum.

Kesibukan Parni bukannya berkurang, namun justru bertambah lantaran dia diangkat pula sebagai pemimpin umum LKBN Antara pada 1998-2000. Sejak pagi hingga tengah malam sekitar pukul 23.00, dia senantiasa membagi waktunya untuk dua institusi pers tersebut. Ini belum termasuk kesibukan yang dijalani Parni dalam pelbagai kegiatan lain.

Jabatan penting lain yang diembannya adalah sebagai Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik Radio Republika Indonesia (LPP RRI) pada 2005-2010. Tentu masih ada seabreg jabatan yang tak kalah penting yang dipegangnya, yakni Komut di Majalah Ummat, Komut di Tabloid Adil, pendiri dan pemred ‘Earth Wire Service’, Sekjen Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), sekjen Organisasi Kantor Berita Asia-Pasifik (OANA), Ketua Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS), Wakil Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Anggota MPR, Ketua Umum Paguyuban Pawitandirogo (Pacitan, Ngawi, Magetan, Madiun dan Ponorogo) dan lain-lain.

Pria kelahiran Madiun 13 Agustus 1948 ini juga dikenal dekat dengan karyawan. Setiap tahun, selama menjadi petinggi Republika, dia mengumpulkan karyawan yang menikah di sepanjang tahun itu. Ini sebagai ganti lantaran Parni tak selalu bisa menghadiri pernikahan mereka.

Tak peduli posisi karyawan tersebut, pendeknya semua mendapat perlakuan sama. “Hal yang membuat saya senang karena semua mendapat kado pernikahan yang sama dari Pak Parni,” kata bujang kantor (office boy) Republika bernama M. Haris.

Di tengah aktivitasnya menjadi wartawan yang super sibuk, ayah tiga anak dan kakek seorang cucu itu tak mengabaikan rasa kepeduliannya pada sesama. Bersama beberapa rekannya, dia pun mendirikan dan hingga kini menjadi Ketua Dewan Pembina Yayasan Dhompet Dhuafa.

Di bawah sentuhan Parni, lembaga nirlaba ini berkembang luar biasa sehingga kini memiliki sekolah gratis SMART Ekselensia, Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa (RST DD) dan Lembaga Kesehatan Cuma-Cuma (LKC DD) yang memberi pengobatan gratis, Disaster Management Center yang menanggani kebencanaan dan Sekolah Tinggi Umar Usman. Di sekolah tinggi ini Parni sekaligus menjabat sebagai direktur atau rektor. Jangkauan kegiatan DD hampir mencapai seluruh provinsi di Indonesia. DD pun menjadi lembaga pengelola amal, zakat, infak, dan sedekah terkemuka di tanah air.

Tak hanya itu, DD juga mengembangkan sayap bisnis dengan nama DD Corpora. Geliat bisnis DD ini sepenuhnya didedikasikan untuk kepentingan kaum dhuafa, melalui keuntungan yang diperoleh. Bahkan sejak 2013, DD telah memiliki kantor sendiri di Philantrophy Building yang berada di kawasan Pasar Minggu, Jakarta selatan.

Dalam suatu kesempatan, Parni pernah mengutarakan kegelisahan dirinya. “Jiwa saya itu peduli pada sesama. Batin saya selalu tidak tenang setiap melihat atau mendengar orang dhuafa atau tidak berdaya. Karena itu saya ingin mewakafkan sisa hidup saya ini untuk kepentingan sesama, terutama kaum dhuafa dan penyandang disabilitas (cacat),” tutur Parni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun