Mohon tunggu...
Akhmad Rozi
Akhmad Rozi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Bertutur sapa, berbagi pengetahuan. \r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ketika Anak-anak Jadi Pedagang... Riuhnya!

1 Agustus 2015   18:07 Diperbarui: 12 Agustus 2015   06:37 1054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="suasana transaksi jual beli di Pasar Anak Pelaihari, Sabtu (01/08/2015) (gb: Akhmad Rozi)"][/caption]

Anak-anak begitu sibuk menawarkan barang dagangan dengan kalimat-kalimat lugu dan polos. Terkadang memanggil anak-anak yang lain dengan ajakan untuk membeli barang yang dijajakan. Rata-rata barang yang diperdagangkan berupa makanan dan minuman yang digemari anak-anak. Adapula barang dagangan berupa pakaian yang tentu saja untuk anak. Saling bersahutan satu sama lain dan bercengkerama menjadikan suasana riuh. Itulah gambaran dari pasar anak yang dilaksanakan di halaman sekolah SDIT Assalam Pelaihari hari ini Sabtu (01/08/2015).

Pasar ini bukanlah pasar yang diselengarakan secara permanen, tetapi bersifat instan. Pasar yang penjualnya anak-anak ini hanya terjadi setiap 6 (enam) bulan sekali. Biasanya dilaksanakan pada bulan-bulan awal waktu sekolah, baik semester ganjil maupun semester genap.

[caption caption="Terkesan tidak begitu serius, saling bercanda dan bergurai sering mewarnai suasana Pasar Anak (Gb: Akhmad Rozi)"]

[/caption]

Pasar ini hanya diperuntukan bagi siswa SD mulai kelas 2 (dua) sampai kelas 6 (enam). Mereka yang mengurus dan melayani pembeli, tidak boleh dibantu oleh orang lain meskipun oleh orang tua sendiri. Para pembeli pun kebanyakan anak-anak dan orang tua murid. Karena untuk pembeli tidak diberlakukan aturan harus siswa kelas 2 (dua) sampai kelas 6 (enam). Orang tua ataupun keluarga dari siswa diperbolehkan menjadi pembeli.

[caption caption="Tidak saja jenis makanan dan minuman, pakaian pun diperdagangkan di Pasar Anak (Gb: Akhmad Rozi)"]

[/caption]

Meskipun yang boleh mengurus dagangan pada saat penjualan adalah para siswa yang diperbolehkan sebagai penjual, namun ada saja anak yang sesekali memanggil-manggil orang tuanya karena panik menghadapi pembeli. Tetapi orang tuanya biasanya hanya memberikan instruksi dari kejauhan apa yang harus dilakukan oleh sang anak. Antara anak dan orangtuanya saling bersauhutan dari kejauhan sehingga menambah suasana riuh di arena pasar anak. Namun demikian ada saja orang tua yang tak mampu “menahan diri” dan mendatangi anaknya dan mengambil alih untuk sementara tugas anak, karena situasi yang dianggapnya “tidak terkendali”. Maka situasi pun semakin bertambah gemuruh, karena orang tua yang “mengambil alih” tugas itu pun melayani pembeli sambil memberikan instruksi kepada anaknya.

Kalau dilihat dari barang yang diperdagangkan, keterlibatan orang tua tentulah tidak dapat dihindarkan. Mereka membantu menyiapkan dagangan itu pada malam hari atau sehari sebelumnya. Mulai membuat makanan dan minuman, berbelanja maupun melakukan pengepakan atau penyiapan untuk penyajian. Tentu saja urusan modal untuk penjualan berasal dari orang tua.

[caption caption="Ada juga pedagang yang asyik menikmati dagangannya sendiri. hehehe (gb: Akhmad Rozi)"]

[/caption]

Menurut Kepala SDIT Assalam, Nuryanti kegiatan pasar anak yang disebutnya sebagai Market day ini merupakan kegiatan yang secara rutin dilaksanakan. “Untuk mengenalkan kepada siswa dan sekaligus melatih kemampuan mereka dalam usaha perdagagangan,” ujarnya

Beberapa anak yang mengikuti kegiatan pasar anak menyatakan merasa senang. Mereka kebanyakan tidak memikirkan apakah kegiatan yang dilaksanakan akan membuahkan keuntungan atau malah merugi. Keriuhan mereka dan segala aktifitas menjadi hiburan bagi anak. Salah seorang siswa kelas 5 (lima) yang biasanya dipanggil Puan mengaku gembira dengan kegiatan dengan kegiatan pasar anak. “Kemarin diberi modal sama Bapak Rp 50 ribu, nah setelah jualan tadi uang kembali menjadi Rp. 70 ribu. Jadi untung ya?” ujarnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun