Mohon tunggu...
Akhmad Mukhlis
Akhmad Mukhlis Mohon Tunggu... Dosen - Gandrung Sepak Bola, Belajar Psikologi

4ic meng-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengantisipasi Gelombang Kelelahan Sekolah Online

10 Agustus 2021   10:13 Diperbarui: 10 Agustus 2021   18:30 1203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lelah belajar daring | Sumber: shutterstock via kompas.com

Sekarang bayangkan betapa bosannya anak-anak yang biasanya bergerak bebas, kali ini mereka harus duduk di depan perangkat dalam waktu yang cukup lama. 

Dalam tekanan seperti itu, siswa masih juga menerima beban lainnya, yaitu harus memahami materi dengan komunikasi nonverbal yang tidak alamiah. 

Sinyal nonverbal, seperti isyarat atau ekspresi wajah, sulit dipahami dalam video konferensi. Sebagai contoh, untuk menunjukkan persetujuan, siswa atau guru harus mengangguk secara berlebihan dan berulang-ulang atau mengacungkan jempol. Hal tersebut membuat komunikasi virtual menjadi rumit.

Akibat kelelahan video konferensi

Jadi jangan heran, jika anak-anak kita di rumah mengalami perubahan perilaku atau sikap selama sekolah online. 

Studi ilmiah telah menunjukkan bahwa video konferensi online meningkatkan (1) tekanan pada fisik, yaitu iritasi mata, capek leher dan pundak; (2) tekanan emosional, yaitu perasaan kewalahan dan terkuras karena berhubungan dengan orang lain; (3) tekanan motivasional, sehingga merasa enggan untuk memulai kembali aktivitas lain setelah menjalani video konferensi; dan juga (4) tekanan sosial yang berimbas pada perasaan bosan untuk kembali berinteraksi dengan orang lain.

Penulis meyakini, keempat beban tersebut akan semakin runyam jika dipadukan dengan ketidaksiapan orangtua dan pihak sekolah. 

Anak-anak membutuhkan waktu untuk beradaptasi. Jika orangtua gagap menangkap hal ini, beban anak akan semakin bertambah. Begitu juga pihak sekolah yang banyak diwakili guru. 

Orientasi pendidikan kita yang mengarah pada pencapaian target kurikulum adalah permasalahan besar. 

Kurikulum kita yang ada sekarang adalah kurikulum dalam keadaan normal, jika terus dipaksa dengan kondisi pembelajaran online, dampaknya akan mengerikan. 

Ketercapaian pemahaman siswa pada materi jelas sangat meragukan. Banyak sekali orangtua yang ketakutan anaknya akan tertinggal dan tidak naik kelas, akibatnya mereka terpaksa mendikte anak-anak mereka untuk menyelesaikan tugas. Buktinya? Lihat saja hasil evaluasi pada nilai rapor pada masa pandemi, nilai siswa meningkat tajam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun