Mohon tunggu...
Akhmad Mukhlis
Akhmad Mukhlis Mohon Tunggu... Dosen - Gandrung Sepak Bola, Belajar Psikologi

4ic meng-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Memang Repot Mendampingi Anak Sekolah dari Rumah, tapi...

13 September 2020   18:20 Diperbarui: 16 September 2020   03:37 1373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari https://www.nationalgeographic.co.uk/

Pertanyaannya adalah, apakah kira-kira Einstein, Maryam, Luis Alvarez dan William Shockley semasa kecilnya terus menerima kemarahan dari orang terdekatnya (orangtua) saat mereka belajar? Ataukah mereka terus menerima tekanan untuk terus menerus belajar dan mengerjakan PR? 

Anda tidak akan menemukan itu dalam biografi mereka. Mereka hidup dalam dukungan orang terdekatnya.

Kesuksesan mereka mengubah dunia, menyegel tinta sejarah tidak hanya hadir dalam diri mereka (bakat) namun juga buah kesabaran pendampingan orang terdekat mereka. 

Menyadari dan berhati-hati

Mari kita mulai dari hal paling sederhana, dimanakah kita? Kesadaran adalah hal utama untuk menemukan posisi diri kita dan apa yang harus kita perbuat. Kita tahu bukan hanya sekolah di Indonesia yang harus ditutup, tapi di seluruh dunia.

Masalahnya kemudian adalah kita belum siap mendampingi anak-anak belajar di rumah. Iya, kita semua orangtua -baik yang di rumah (orangtua) maupun yang di sekolah (guru).

Banyak sekolah yang masih menganggap keadaan ini normal, dengan memberikan tugas akademik terus-menerus.

Begitupun sebaliknya, banyak orangtua yang menganggap anak-anak mereka seharusnya mampu konsentrasi, belajar dan mengerjakan tugas, walaupun mereka tidak sedang dalam lingkungan belajar formal (sekolah).

Nampak bukan, siapa yang tidak siap? Orang dewasa atau anak-anak?

Sekolah daring sekaligus juga menyingkap secara benderang posisi sekolah dalam kehidupan.

Diakui ataupun tidak, kita telah terjebak dan 'terpaksa' menggunakan sekolah sebagai tolok ukur tunggal perkembangan anak-anak kita. Kecerdasan, bakat dan bahkan kreativitas anak hanya bisa dilihat dari perkembangan anak di sekolah. Hampir tidak ada perbandingan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun