Mohon tunggu...
Akhmad Maulana
Akhmad Maulana Mohon Tunggu... Guru - Freelancer

Pembelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meneropong Relief Instrumen Musik Candi Borobudur sebagai Peradaban Dunia

10 Mei 2021   22:56 Diperbarui: 10 Mei 2021   22:59 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia memang menyimpan kekayaan budaya yang tidak akan pernah habis seiring perkembangan zaman. Bukan hal yang mudah, cikal bakal bangsa Indonesia memang diketahui melalui proses yang panjang dan penuh tantangan. Hingga pada akhirnya dunia mengakui bahwa Bangsa Indonesia mempunyai akar kebudayaan sejarah yang kuat sebagai modal persatuan di masa depan.

Diantara beragam peninggalan budaya bersejarah yang ada, satu jenis saja tentu tidak akan pernah habis kita gali dan renungkan manfaatnya bagi manusia. Apalagi lebih dari satu ragam peninggalan yang coba kita telusuri. Ada banyak peninggalan sejarah yang menjadi bukti berharga bagi masyarakat Indonesia sebagai pandangan yang baik untuk menjalankan tatanan kehidupan sehari-hari. Seperti halnya hidup bergotong royong, kasih sayang dan saling menghormati.

Oleh sebab itu, ada satu peninggalan fisik bersejarah yang besar bagi bangsa ini. Yaitu sebuah bangunan yang monumental candi Borobudur. Satu bangunan dengan tumpukan batu itu kini masih berdiri megah yang menyimpan mega pustaka bagi peradaban sebuah bangsa di Indonesia. Tidak hanya sebuah warisan fisik belaka, Borobudur menyimpan budaya dan ilmu pengetahuan yang tidak akan pernah habis digali dan dipelajari oleh kita semua.

Borobudur sejatinya menyimpan Mahakarya terbaik di dunia dengan beragam relief pada permukaan disepanjang batu yang ada. Salah satu hal yang juga ada ialah relief instrumen  (alat) musik pada candi Borobudur.

Siapa sangka? Saat kita berkunjung ke candi Borobudur, kita hanya akan dinampakkan dengan panorama disekitar yang memanjakan mata. Apalagi di era saat ini, datang ke tempat bersejarah hanya untuk berfoto dan memamerkannya di media sosial pribadi. Setidaknya, saat ini mungkin kita baru akan menyadari bahwa Borobudur memiliki pesan khusus tentang alat musik di bumi Nusantara ini. Pernahkah kita mencoba untuk menyelami maknanya?

Peneliti dan ilmuwan sudah melakukan kajian yang komprehensif akan relief alat musik yang ada dalam candi Borobudur. Diantara yang terekam jelas ialah seperti instrumen musik gamelan, kendang bertali yang dikalungkan di leher, kendang berbentuk seperti periuk, siter dan kecapi, simbal, suling, saron dan gambang. Bahkan ada banyak alat musik lainnya yang mirip dan tersebar di 34 Provinsi di Indonesia serta sebagian lainnya masih dimainkan di puluhan Negara dunia.

Salah satu contoh nyata yang dapat kita lihat ialah berdasarkan data-data pada relief dan kitab-kitab kesusastraan diperoleh petunjuk bahwa terdapat pengaruh India terhadap keberadaan beberapa jenis gamelan Jawa. Keberadaan musik di India sangat erat dengan aktivitas keagamaan. Musik merupakan salah satu unsur penting dalam upacara keagamaan (Koentjaraningrat, 1985:42-45).

Di dalam beberapa kitab-kitab kesastraan India seperti kitab Natya Sastra seni musik dan seni tari berfungsi untuk aktivitas upacara keagamaan (Vatsyayan, 1968). Secara keseluruhan kelompok musik di India disebut 'vaditra' yang dikelompokkan menjadi 5 kelas, yakni: tata (instrumen musik gesek), begat (instrumen musik petik), sushira (instrumen musik tiup), dhola (kendang), ghana (instrumen musik pukul). Pengelompokan yang lain adalah:

1. Avanaddha vadya, bunyi yang dihasilkan oleh getaran selaput kulit karena dipukul.

2. Ghana vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran alat musik itu sendiri.

3. Sushira vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran udara dengan ditiup.

4. Tata vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran dawai yang dipetik atau digesek.

Melalui relief itu kini kita paling tidak bisa menarik sedikit kesimpulan sederhana bahwa pergumulan manusia pada masa permulaan abad ke-7 itu sudah mengenal sebuah kesenian berupa alat musik yang dimainkan. Baik itu untuk kebutuhan upacara (ritual) tertentu hingga hiburan masyarakat.

Menariknya, jika dihubungkan dengan salah satu Negara di dunia sebagai contoh yaitu India. Semua yang terpahat pada dinding candi Borobudur, terdapat juga kesamaan pada 5 kelas kelompok instrumen musik yang ada di India tersebut diatas. Sungguh Mahakarya yang luar biasa yang dimiliki bangsa Indonesia.

Lebih jauh lagi, salah satu alat musik yang tepahat dan tergambar yaitu gamelan. Sebuah instrumen musik ensembel dengan ciri khas yang menonjol seperti metalofon, gambang, gendang dan gong. Istilah gamelan kemudian berkembang menjadi sebuah satu kesatuan utuh yang kini dipahami sebuah alat musik yang dibunyikan secara bersama-sama. Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa 'gamel' yang berarti memukul/menabuh, diikuti akhiran '-an' yang menjadikannya kata benda. Orkes gamelan kebanyakan terdapat di Pulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok dalam berbagai jenis ukuran dan bentuk ensembel.

Kemunculan gamelan memang didahului oleh budaya Hindu-Budha yang mendominasi Nusantara ketika awal masa sejarah, instrumen musik itu juga sekaligus menjadi salah satu seni asli yang mewakili Indonesia hingga dikenal dunia. Berdasarkan sumber yang ada instrumen musik gamelan yang terpahat pada candi Borobudur menegaskan adanya kontak kesenian yang beraneka ragam. Misalnya saja, not nada yang terdapat pada gamelan berkaitan langsung dengan Cina. Bahkan dalam prakteknya, ketika gamelan dibunyikan, tentu akan berkaitan langsung dengan bunyian khas alat musik di Negara Asia Tenggara bahkan Eropa lainnya. Interaksi komponen alat musik yang sarat dengan melodi, irama dan warna suara itulah menjadi pilar penghubung  bahwa relief instrumen musik pada candi Borobudur kini juga masih terjaga dan dimainkan dibelahan dunia manapun.

Tidak hanya itu, bahkan  melalui relief alat musik yang tergambar itu dapat kita gali bahwa ada komunikasi yang erat antara kelas kehidupan sosial masyarakat satu dengan yang lainnya. Misalnya saja dalam panil relief itu menggambarkan dua musisi pria memainkan instrumen musik yang berdawai, dimana dalam relief itu terlihat jelas latar pertunjukan itu diluar lingkungan permukiman keraton dengan gambaran dibawah pohon yang rindang. Selain itu, pertunjukan itu disaksikan oleh para bangsawan yang berada ditengah-tengah permukiman rakyat jelata. Melalui pesan relief itu sederhananya kita dapat mengambil hikmah. Bahwa leluhur bangsa kita jauh sebelumnya menjadikan instrumen musik sebagai bagian media komunikasi lintas strata sosial. Singkatnya ialah instrumen musik yang dimainkan pada saat itu menjadi media pemersatu antar sesama ditengah perbedaan yang ada.

Oleh sebab itu, melalui teropong sejarah tersebut semangat Sound of Borobudur menjadi wujud nyata untuk menegaskan bangsa ini memiliki bunyian peradaban yang mengakar. Dua ulasan instrumen musik tersebut hanyalah sebagian kecil yang bisa direnungkan. Serta, kearifan moral yang ada pada relief instrumen musik candi Borobudur merupakan setetes hikmah dari lautan pesan yang tergambar yang dapat kita ambil. Masih ada banyak hal lain yang bisa kita gali dan pelajari. Meskipun begitu, sebagai sesama anak bangsa, bunyian peradaban yang terpahat pada candi Borobudur ialah realitas yang harus diyakini bahwa Borobudur pusat musik dunia. Maka tidak salah kita menghargai mahakarya leluhur bangsa ini dengan julukan "Wonderful Indonesia". Sebab sejatinya bunyian peradaban dunia dimulai dari sini, ialah Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun