Mohon tunggu...
Faisol
Faisol Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lahir di Jember - Jawa Timur, Anak ke 2 dari enam bersaudara.

Instagram : akhmadf_21 Twitter : @akhmadf21

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cancel Culture, Laksana Pedang Bermata Dua

8 September 2021   20:00 Diperbarui: 8 September 2021   20:02 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cancel culture, merupakan fenomena sosial yang bisa terjadi kepada siapa saja, terutama pada publik figure | ilustrasi : hipwee.com

"Cancel Culture Laksana Pedang Bermata dua, satu sisi ia bisa menjadi alat dalam menjunjung keadilan sosial, disisi yang lain ia bisa berubah menjadi alat intimidasi secara massal"

Cancel culture rupanya sudah berkembang sejak cukup lama, meski telah mengalami perubahan dan pergeseran, Karena pada praktiknya cancel culture bisa menjadi alat pembunuh bagi publik figur ataupun bagi kehidupan seseorang di tengah masyarakat.

Untuk lebih mudahnya memahami apa itu sebetulnya Cancel Culture, Kita bisa melihat dan mempelajari dari kasus pedangdut tanah air yang beberapa waktu lalu menghirupan udara bebas, setelah beberapa tahun menjalani hukuman karena perbuatannya mengenai pelecehan dan penyuapan.

Namun naas Saipul Jamil yang baru bebas di sambut bak pahlawan oleh para penggemarnya, dan sontak banyak masyarakat yang geram atas perilaku tersebut, bahkan KPI dan TV yang menayangkan Saipul Jamil menjadi buah bibir dan kecaman keras atas apa yang sudah di lakukan oleh sang pedangdut berusia 41 tahun tersebut.

Dari peristiwa Saipul Jamil itulah kemudian Ramai di media sosial, petisi pemboikotan Saipul Jamil untuk kembali tayang di layar lebar, sehingga petisi tersebut telah di tanda-tangani hingga mencapai 300.000 lebih, sebagai gerakan pemboikotan.

Dari kasus tersebut memang mengundang banyak reaksi tidak hanya dari kalangan masyarakat secara umum, namun kalangan selebritis pun juga menyayangkan akan sambutan pedangdut tersebut yang di arak bak pahlawan.

Baca Juga : Udara kebebasan dan Petisi boikot Saipul Jamil terus bergulir

Cancel culture di Indonesia juga mengalami perubahan dan perkembangan, dimana cancel culture ini bisa terjadi kepada siapa saja, namun faktanya cancel culture ini kerapkali dijadikan sebuah alat untuk membunuh karir, karakter, serta eksistensinya.

Cancel Culture, sebagai fenomena penghakiman secara sosial 

Orang yang memiliki pengaruh besar baik sebagai selebriti, influwncer, politisi, pengusaha dan berbagai profesi lainnya, sangat mungkin akan terkena yang namanya cancel culture.

Dimana berkembang pesatnya tekhnologi dalam kehidupan sehari-hari, sangatlah mudah adanya penghakiman secara massal, sehingga justifikasi tersebut menjadi kekuatan massal yang bisa mengalahkan orang yang terkena cancel culture, sehingga langkah-langkahnya harus terhenti untuk melanjutkan karirnya.

Fenomena cancel culture yang kerapkali ditujukan pada publik figur, entah itu artis, influwncer, maupun politisi yang tidak pernah lepas dari sorotan kamera, sangatlah mungkin dalam sekjeap paublik figur tersebut menjadi viral.

Tetapi yang perlu menjadi sebuah catatan, bahwa cancel culture ini memang laksana pedang bermata dua, dimana keberadaan cancel culture bisa sebagai alat mencari sebuah keadilan atas tindakan dari seseorang ataupu publik figur, sekaligus bisa menjadi alat "pembunuh secara massal".

Cancel culture, fenomena dan dampaknya bagi objek yang menjadi target 

Siapapun bisa menjadi objek penghakiman secara sosial, terutama publik figur yang semua gerak-geriknya tidak lepas dari sorotan kamera.

Mengapa harus publik figur yang kerap menjadi objek dari cancel culture? Karena publik figur memiliki pengaruh yang bisa mempengaruhi para pengikut atau fansnya.

Maka tidak hanya tingkah lakunya saja, namun ucapan maupun tulisannya yang di sebar dimedia sosial tidak lepas dari cancel culture.

Dimana fenomena ini bisa terjadi pada siapa saja, sebagai contoh, Annisa Pohan yang merupakan Istri Agus Harimurti Yudoyono, sekaligus menanti mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono yang melakukan cuitan dengan mengutip ayat Al Qur'an, tetapi kutipan suratnya salah, sehingga banyak mengundang reaksi dan spekulasi yang beragam menanggapi cuitan Annisa.

Oleh karena itu cancel culture, cukuplah berbahaya, apalagi bagi publik figur yang memiliki pengaruh dan memiliki banyak fans berat, sehingga apapun bisa terjadi ketika publik figur itu salah bicara ataupun bertingkah, dan pastinya akan menjadi objek dari cancel culture.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun