Mohon tunggu...
Faisol
Faisol Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lahir di Jember - Jawa Timur, Anak ke 2 dari enam bersaudara.

Instagram : akhmadf_21 Twitter : @akhmadf21

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menyulam Daun Emas yang Termarginalkan

31 Mei 2021   11:27 Diperbarui: 31 Mei 2021   11:37 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : www//komunitaskretek.or.id

Jember sebagai kabupaten besar dengan 31 kecamatan dan 248 Desa plus kelurahan, merupakan masyarakat yang hidup secara garis besar dari hasil pertanian.

Sebagai masyarakat agraris yang hidup dari bercocok tanam, Kabupaten Jember juga memiliki banyak destinasi wisata yang bisa di kunjungi, tidak hanya itu pula, Jember memiliki adat istiadat yang juga sangat kaya, mulai dari musik patrol, Jember Fashion Carnifal (JFC) yang mendunia, juga banyak sejumlah kesenian tradisional yang berkembang.

Memasuki bulan kelima, masyarakat Jember sudah mulai bercocok tanam daun emas. Daun emas yang di maksud, tidak lain adalah daun tembakau, yang saat ini sudah mulai Termarginalkan, mengingat banyak mafia yang mempermainkan harga tembakau, sehingga menyebabkan banyak dari petani kita merugi.

Disampaikan oleh komunitas musik Lingkar Keatif Independen (LingKraFin), yang merupakan manifestasi dari situasi dan kondisi masyarakat Jember secara keseluruhan, berikut penampilan Lingkrafin pada Malam puncak komunitas anak musik  yang di adakan oleh Kemenparekraf.

Sumber video : Kemenparekraf, Dengan Judul Jember Nusantara

(Duh Ya Lek... Tanah Aeng Daun Emas Nusantara)

Hijau membentang membentang,

Nusantara Biru langit melintang,

Indonesia Tanah berdaun emas

Pasir putih bayur menyapa

Tarian pulauku menyambut Hikayat

Sang Pamacah Nyara Longguh Sadejena (Mari Duduk Semuanya)

Aghember Ate Se Bunga (Menggambar hati yang bersenang-senang)

E ya e ya e ya e ......

Surga Turun Lembah di Timur

E Ya e ya e Ya e....

Tanah Leluhur yang Makmur

E ya e ya e ya e....

Surga Turun, Lembah di Timur

E ya e ya e ya e... ..

Jember Nusantara Hijau membentang membentang,

Nusantara Biru langit melintang,

Indonesia Duh Gusti Kang Moho Agung,

Paringi Pinayungan Berkah Sakjeroning Negeri (Wahai Tuhan Sang Maha Agung, Payungi Negeri Kami Dengan Berkah)

Gemah Ripah Loh Jinawi Toto Tentrem Ing Gusti Gemah Ripah Loh Jinawi Runduk Padi, Citra Hati". (Sumber lirik, Komunitas LingKrafin).

Jember memang tanah berdaun emas, itu fakta yang tidak bisa di pungkiri, bahwasanya Tembakau merupakan penghasilan terbesar bagi masyarakat Jember selain kopi dan karet. Dimana hasil produksi pertanian berupa daun emas ini tidak hanya menjadi produk dalam negeri, namun banyak investor yang juga sudah bertanam modal untuk daun yang satu ini, tidak hanya di kelola oleh masyarakat setempat, namun pasarnya juga sudah tembus ke berbagai manca negara.

Saat ini masyarakat Jember sudah memulai untuk bercocok tanam daun emas ini, namun lagi-lagi, banyak kekhawatiran bagi para petani, bahwa tembakau mereka akan di beli dengan harga sangat murah, karena permainan mafia, yang begitu ganasnya. Meski Jember dengan tanah berdaun emas, bukan lantas menjadikan masyarakatnya sejahtera. Justru Jember mendapatkan peringkat daerah yang tertinggal dan masyarakatnya masih sangat banyak hidup di bawah garis kemiskinan.

Jember yang merupakan kota terbesar ke 3 di Jawa Timur, dengan penduduknya yang terdiri dari berbagai macam suku, mulai dari masyarakat Jawa, Madura, Arab, China, Batak, Bugis, Banyuwangi, dan lain sebagainya, merupakan perpaduan yang hidup dalam kesatuan dan gotong royong antar masyarakat.

Penduduk Jember yang hampir mencapai 2 juta jiwa, mulai dari Jember timur, Jember Utara, Jember selatan, dan Jember barat, merupakan manifestasi dari Nusantara inj, LingKrafin telah menyampaikannya dengan seni musik yang berjudul Jember-Nusantara.

Mengapa daun emas di Jember Termarginalkan?

Pada periode sebelumnya ketika Jember di pimpin oleh seorang dokter, dan pertama kali Jember di pimpin oleh seorang perempuan yang bernama Dr. Faida MMR, aspek pertanian, tidak lagi di hiraukan, karena beliau lebih fokus pada dunia kesehatan, sehingga para petani yang tergolong mayoritas, enggan untuk di pimpin dr. Faida untuk kedua kalinya, karena pertanian termarginalkan, khususnya petani yang berharap daun emas itu.

Harapan baru datang pada pemimpin baru H. Hendi Siswanto, akankah haji Hendi memberikan harapan besar bagi pertanian kita, khususnya petani tembakau? Kita tunggu bagaimana kebijakannya pada musim menjelang kemarau ini.

Sebagai bagian terkecil dari seorang petani, kami berharap kebijakan Bupati yang sudah hampir 100 hari menjabat tersebut bemar-benar memiliki kebijakan yang pro terhadap petani, sehingga hasil pertanian, khususnya tembakau bisa terangkat kembali. Di samping itu pula menjadi suatu harapan bagi para petani, dimana harga pupuk yang stabil, dan barang mudah di dapatkan di kios-kios terdekat, karena tingginya harga pupuk, menjadi para petani, mulai capek dan enggan untuk bertani, karena harga pupuk yang melambung tinggi, sementara harga dari hasil pertanian cukup rendah.

Dengan demikian harapan besar terhadap bupati Hendi Siswanto, agar supaya kebijakannya pro rakyat petani, terlebih pada petani tembakau yang mulai Termarginalkan, akibat permainan para mafia yang sangat mudah memainkan harga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun