Barang lab lain yang bisa di reuse lagi adalah gel pack dari proses pengiriman reagen atau sampel. Gel pack dapat disimpan di freezer -20 atau -80 untuk kemudian dipakai lagi sesuai kebutuhan.
Hal sederhana lain dalam rangka reuse adalah meminta vendor agar selalu membawa kembali boks tempat reagen yang digunakan dalam proses pengiriman. Lab dapat memberikan saran kepada vendor agar boks tersebut dapat digunakan kembali.
Recycle berarti upaya untuk mengolah kembali limbah di lab. Sebagai catatan, limbah yang dapat diolah kembali adalah jenis limbah yang non infeksius. Adapun untuk limbah infeksius tidak disarankan untuk diolah kembali.
Di Indonesia jarang ditemui vendor khusus yang menangani recycle limbah lab. Kalu di Amerika Serikat ada vendor EHS (Environmental Health Safety). EHS dapat dikontak atau bisa datang langsung guna memberikan masukan barang-barang lab mana saja yang bisa di daur ulang.
Sebagai contoh adalah glove nitril. Glove nitiril yang non infeksius dapat dikumpulkan kemudian nanti bisa didaur ulang menjadi glove kembali.
Efisiensi Penggunaan Air
Salah satu alat yang menggunakan banyak air adalah autoklaf. Hampir 2220 liter air digunakan untuk proses autoklaf setiap harinya. Data tersebut merupakan kebutuhan air untuk jenis autoklaf besar yang pintu ganda. Biasanya banyak digunakan di lab luar negeri. Beberapa lab dalam negeri juga memiliki alat tersebut.
Mengelola jadwal proses autoklaf dapat mendorong penggunaan air yang efisien di lab. Staf lab diharapakan dapat mengupayakan untuk melakukan proses secara bersama ketika memang ada lebih dari satu orang yang membutuhkan.
Selalu gunakan autoklaf secara terpisah untuk keperluan sterilisasi limbah dan sterilisasi bersih peralatan lab. Autoklaf juga harus dimatikan atau dalam keadaan standby mode setelah tidak digunakan kembali.
Keran air atau fauset juga berperan dalam penggunaan air yang berlebihan di lab. Di lab penulis, keran air menggunakan sistem sensor gerak. Hal itu bagus karena dapat mencegah terjadinya infeksi melalui sentuhan.